Tampilkan postingan dengan label Jaringan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jaringan. Tampilkan semua postingan

17 Maret 2009

Telepon Bergerak dan Jaringan Seluler

Artikel ini mencoba mengangkat persoalan kerancuan penggunaan terminologi "seluler" yang membingungkan penyelenggara maupun masyarakat pengguna jasa telepon seluler.
Istilah "seluler" mulai digunakan sejak munculnya sistem telepon bergerak seluler analog seperti AMPS dan NMT yang semuanya menggunakan modulasi FM dengan metode akses frequency division multiple access (FDMA). Pada sistem tadi para pelanggan yang tersebar dalam wilayah geografis yang luas dapat terliput dan terlayani oleh suatu jaringan stasiun pemancar dan penerima radio (radio base station/RBS).
Setiap RBS melayani wilayah tertentu yang disebut sel sehingga muncul istilah jaringan seluler. RBS-RBS yang melayani sel-sel yang bersebelahan beroperasi pada spektrum frekuensi yang berlainan untuk
menghindari interferensi antar sinyal dalam sel-sel yang bertetangga.
Oleh karena itu, jika satu operator telepon seluler mendapatkan alokasi spektrum frekuensi tertentu, maka spektrum ini harus dibagi-bagi terlebih dahulu menjadi sejumlah segmen, biasanya 7 atau 12. Masing-masing segmen akan digunakan di dalam sel-sel yang bertetangga. Setiap kelompok 7 atau 12 sel yang bertetangga dan menggunakan total seluruh alokasi frekuensi yang tersedia membentuk sebuah cluster.
Segmen frekuensi yang telah digunakan satu sel boleh digunakan sel lain selama sel-sel dengan frekuensi yang sama ini (co-channel cells) letaknya cukup berjauhan agar interferensinya minim. Dengan teknik yang dinamai frequency reuse ini, wilayah layanan telepon bergerak yang luas dapat dicakup oleh sejumlah cluster.
Pada seluler analog, segmen frekuensi sebuah sel dibagi-bagi lagi ke dalam sejumlah frekuensi pembawa (carrier frequency) yang masing-masing dapat digunakan oleh seorang pelanggan yang berkomunikasi. Karena itu, jumlah panggilan yang dapat dilayani dalam sebuah sel pada waktu yang bersamaan sama dengan jumlah frekuensi pembawa yang tersedia dalam tiap sel. Jika seorang pelanggan yang bergerak harus berpindah dari satu sel ke sel lain, RBS dari sel-sel yang terkait akan mengatur terjadi mekanisme handoff atau handover.
Keterbatasan sistem telepon seluler analog dalam kapasitas panggilan per sel diperbaiki oleh sistem telepon seluler digital, dengan dua teknik akses yang berbeda, TDMA (time division multiple access) dan CDMA (code division multiple access). TDMA muncul di Eropa dengan nama GSM, sementara CDMA yang dikembangkan Qualcomm berkembang di Amerika Utara.
Baik GSM maupun CDMA mampu meningkatkan kapasitas analog. Setelah pembagian daerah layanan menjadi sel-sel dan penerapan frequency reuse, GSM membagi-bagi lagi setiap frekuensi pembawa ke dalam sejumlah celah waktu atau time slot (delapan slot untuk GSM), di mana sebuah slot dapat digunakan oleh seorang pelanggan. Hasilnya, sebuah frekuensi pembawa dapat digunakan oleh delapan pelanggan secara bergantian. Dengan demikian, meningkatkan kapasitas per sel menjadi 8 kali lipat dibandingkan dengan sistem seluler analog.
Sementara itu, sistem-sistem yang berbasis CDMA, seperti IS-95, dalam penyusunan jaringan selulernya mampu menerapkan ukuran cluster hanya sebesar satu sel. Atau dengan kata lain seluruh alokasi spektrum yang tersedia dapat digunakan oleh semua sel dalam jaringan.
Sistem CDMA mampu melakukan ini tanpa menimbulkan interferensi yang signifikan antar sinyal pelanggan berkat bantuan kode-kode yang berbeda untuk setiap pelanggan yang memiliki sifat hampir ortogonal satu sama lain. Untuk lebih meningkatkan kualitas layanannya, CDMA dapat dipadukan dengan teknik SDMA (space division multiple access) yang menerapkan teknologi antena RBS (radio base station) yang cerdas. RBS (radio base station) mampu menangkap sinyal dari pelanggan yang diinginkan saja dan menekan sinyal-sinyal dari pelanggan lain yang berpotensi menimbulkan interferensi.
Beberapa pertanyaan
Bisa saja timbul pertanyaan, mengapa perlu istilah "seluler" untuk sistem telepon bergerak yang berbasis AMPS, GSM, ataupun CDMA? Adakah atau pernah adakah telepon bergerak yang tidak seluler?

Jawabnya, memang ada. Sampai dekade 80-an di beberapa kota besar di Indonesia sempat beroperasi sistem telepon bergerak yang bergelar STKB INTI, dengan suatu wilayah layanan yang luas hanya terdapat satu stasiun RBS.
Seluruh alokasi spektrum yang tersedia digunakan sepenuhnya oleh satu RBS (radio base station) ini. Pelanggan yang menelepon sambil bermobil dan mulai menjauh dari jangkauan sinyal RBS (radio base station) akan segera kehilangan sinyal dan terputus pembicaraannya.
Pertanyaan berikutnya, apakah sistem telepon bergerak saja yang boleh menggunakan atribut "seluler"? Tidak, karena istilah seluler mengacu pada teknik pencakupan wilayah layanan yang luas dengan jaringan RBS yang membagi wilayah layanan tersebut menjadi sel-sel.
Sistem telepon tetap, di mana pesawat pelanggan terpasang permanen di rumah atau kantor dan terhubung ke sentral lewat jaringan radio seluler, berhak menggunakan istilah "seluler". Muncullah istilah mobile celullar dan fixed cellular phone untuk membedakan kemampuan mobilitas pelanggan kedua jenis telepon seluler ini.
Pertanyaan paling akhir, apakah hanya telepon saja yang bisa dilayani jaringan yang berkonfigurasi seluler? Jawabannya lagi-lagi tidak.
Sejumlah teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access) untuk menyediakan akses nirkabel kecepatan tinggi ke jaringan Internet telah dikembangkan dengan mengambil konfigurasi seluler sebagai basis peliputan seluruh wilayah layanannya. Terminal pelanggan nantinya bukan hanya telepon biasa, bisa berupa terminal multimedia dalam bentuk perangkat komputer atau pesawat TV.
Termasuk di sini adalah MMDS (multi-channel multipoint distribution systems) dan LMDS (local multipoint distribution systems) yang masing-masing beroperasi pada orde frekuensi beberapa gigahertz sampai puluhan gigahertz, jauh di atas frekuensi untuk telepon seluler yang 450 MHz hingga 1900 MHz. Karenanya, kelak istilah-istilah seperti broadband fixed cellular systems bisa saja menjadi populer dan baku untuk membedakan jaringan seluler jenis ini.
Gamantyo Hendrantoro Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro ITS

[+/-] Selengkapnya...

KONDISI UMUM TEKNOLOGI INFORMASI INDONESIA

Kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nasional perlu terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa untuk mempercepat pencapaian tujuan negara, serta memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan internasional. Pembangunan kemampuan iptek nasional diarahkan untuk meningkatkam kapasitas dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek, yang dibutuhkan bagi peningkatan daya saing dan kesejahteraan bangsa.
Pada tahun 2007, pembangunan iptek tetap dilaksanakan melalui 4 program utama yaitu Program Penelitian dan Pengembangan Iptek; Program Difusi dan Pemanfaatan Iptek; Program Penguatan Kelembagaan Iptek; dan Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi :

1. Program Penelitian dan Pengembangan Iptek : pada tahun 2005 telah berhasil ditingkatkan fokus dan mutu kegiatan litbang dan rekayasa iptek pada beberapa lembaga litbang; pelaksanaan penelitian dan pengembangan program prioritas di bidang pangan, energi, transportasi, medis dan obat-obatan, dan manufaktur; pelaksanaan litbang program tematis unggulan dan kompetitif serta litbang untuk pengembangan kompetensi. Berbagai paket teknologi telah berhasil dikembangkan antara lain Biofuel, pemanfaatan energi surya, PLTU skala kecil, teknologi informasi, dan prototip roket antariksa. Pada tahun 2006 upaya ini diperkirakan akan lebih berhasil-guna baik itu kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang sains, perekayasaan, ilmu-ilmu sosial maupun pengetahuan yang mendukung perumusan kebijakan. Adapun permasalahan pada tahun 2007 adalah penguatan kapasitas litbang melalui pengembangan riset tematik unggulan masih belum merata disetiap lembaga.
2. Program Difusi dan Pemanfaatan Iptek : berbagai kegiatan penyebarluasan pemanfaatan teknologi telah dilaksanakan. Salah satu hasil yang paling menonjol pada tahun 2005 adalah pemanfaatan rangkaian teknologi pemantau dini bencana alam tsunami (Tsunamy Early Warning System, TEWS) yang merupakan kolaborasi berbagai instansi pemerintah (Kementerian Ristek, BPPT, LIPI, LAPAN, BMG, Pemda), perguruan tinggi, dan masyarakat (LSM, dan masyarakat banyak). System ini telah selesai dipasang dan telah diuji-coba dalam skala penuh di Padang. Hasil lain yang tercakup dalam program ini antara lain adalah peningkatan pendayagunaan hasil litbang Iptek ke industri melalui dukungan penyediaan informasi teknologi; jasa konsultasi dan asistensi teknis melalui Techno Agro park; penyebaran teknologi tepat guna (TTG); dan kemitraan lembaga litbang dan industri. Pada tahun 2006 upaya difusi diharapkan dapat memasyarakatkan berbagai paket teknologi energi dan pengoperasian sistem TEWS tersebut. Pada tahun 2007 permasalahan yang dihadapi adalah persoalan efektifitas mekanisme intermediasi teknologi yang masih dinilai belum optimal.
3. Program Penguatan Kelembagaan Iptek : dimaksudkan untuk mendorong penguatan kapasitas dan peran lembaga Iptek dalam pembangunan nasional. Pada tahun 2005 berbagai fasilitas laboratorium telah berhasil dilengkapi dan dimutakhirkan. Pada tahun 2006, hasil yang diharapkan dari program ini antara lain pengembangan laboratorium biologi molekuler Eijkman ke arah peningkatan kemampuan di bidang bio-forensik dan penanganan penyakit menular; terlaksananya akreditasi pranata litbang; penguatan kelembagaan dan fungsi pengawasan untuk kegiatan riset dan penerapan teknologi berisiko tinggi termasuk nuklir dan bioteknologi; penyempurnaan peraturan yang mendukung komersialisasi hasil litbang, peningkatan manajemen pengelolaan HKI, standar mutu, keamanan produksi, dan lingkungan; penyempurnaan kebijakan pengembangan organisasi profesi iptek; peningkatan peran organisasi profesi ilmiah, perguruan tinggi; penyusunan indikator dan statistik iptek nasional; dan peningkatan kuantitas dan kualitas, serta optimalisasi dan mobilisasi potensi SDM iptek.
4. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi: pada tahun 2005 telah mulai berhasil membangun pola-pola insentif untuk mendorong peningkatan kapasitas teknologi di industri dan dunia usaha. Pada tahun 2006 diharapkan akan muncul industri berbasis sumberdaya lokal dan padat teknologi dengan tersusunnya rancangan peraturan pengembangan UKMK berbasis teknologi. Juga terus diupayakan memperkuat inkubator teknologi untuk mengembangkan para penemu menjadi technopreneur, dan berbagai model kelembagaan intermediasi lainnya; pengembangan kapasitas pranata metrology dan pengujian mutu dalam penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI); peningkatan kemampuan industri kecil, menengah dan koperasi berbasis teknologi.
Berdasarkan kondisi dan permasalahan tersebut, maka tantangan pembangunan Iptek dalam tahun 2007 adalah
1. Meningkatkan efektivitas mekanisme intermediasi untuk meningkatkan difusi hasil riset ke dalam kegiatan ekonomi
2. Mengembangkan kelembagaan untuk meningkatkan kapasitas lembaga litbang dan memperlancar transaksi hasil litbang,
3. Mengembangkan dan menyempurnakan instrumen analisis pencapaian teknologi dalam bentuk statistik dan indikator iptek,
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya iptek,
5. Meningkatkan dayaguna hasil-hasil penelitian di berbagai bidang pembangunan, dan
6. Membentuk iklim yang kondusif bagi pengembangan sumberdaya litbang.

1. TEKNOLOGI JARINGAN INFORMASI BIDANG KESEHATAN.
Pengelolaan informasi di jajaran Departemen Kesehatan dilaksanakan untuk mengelola informasi data statistik (laporan rutin dan survei) dan informasi literatur. Pengelolaan informasi literatur yang juga disebut Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sudah dimulai pada awal tahun 1970an. Pada tanggal 12-16 Juli 1971 di Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menyelenggarakan lokakarya yang merekomendasikan untuk merintis pengembangan jaringan informasi literatur nasional. Pada tahun 1972, Departemen Kesehatan bersedia mengelola jaringan informasi literatur bidang kesehatan dan kedokteran. Pada tahap awal, kegiatan ini dikelola oleh Perpustakaan Kesehatan Pusat – SekJen Dep Kesehatan.
Pada tahun 1978, Badan Litbang Kesehatan ditetapkan sebagai pusat Jaringan Informasi IPTEK Kesehatan. Konfigurasi keanggotaan yang tadinya bersifat hirarkhis berubah menjadi non-hirarkhis dimana anggota berkedudukan setara dan bebas berinisiatif. Untuk keperluan kegiatan tersebut, disusun dokumen mekanisme kerjasama jaringan. Disamping kerjasama di tingkat nasional, juga dirintis kerjasama dengan lembaga internasional, misalnya :
• HELLIS (Health Literature, Library and Information Services) http://library.whosea.org/hellis/ : jaringan regional didukung WHO – SEARO sejak 31 Agustus 1979.
• NLM (National Library of Medicine) http://www.nlm.nih.gov/ .
• SEAMIC - IMFJ (SouthEast Asia Medical Information – International Medical Foundation of Japan) http://www.seamic-imfj.or.jp/ .
• Dan sebagainya.
Pertengahan tahun 1980an, perangkat komputer mulai memperkuat layanan perpustakaan. Pengembangan software untuk keperluan jaringan mulai dirintis. Program ini bernama HelNet dimana data direkam dalam dBaseIII + Clipper. Aplikasi perpustakaan untuk indeks, abstrak dan katalogisasi ini dikembangkan untuk keperluan jaringan HELLIS. Walaupun demikian alat bantu ini masih bersifat offline. Dalam kerjasama dengan NLM, beberapa perpustakaan sudah ada yang dapat memberikan layanan online.
Pada tahun 1995, diterbitkan peraturan pemerintah (PP) no 39/ 1995 menyebutkan bahwa Departemen Kesehatan mendapat mandat penuh untuk mengelola penelitian dan pengembangan kesehatan melalui jaringan informasi antar lembaga penelitian kesehatan. Atas dasar PP tersebut, pada tahun 1996 Badan Litbang Kesehatan membangun Jaringan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional (JPPKN) dengan maksud menghubungkan lembaga penelitian kesehatan yang ada, mengelola informasi penelitian dan pengembangan kesehatan, mendukung tim pakar kesehatan dalam tugasnya mencerna hasil penelitian kesehatan menjadi informasi yang bisa digunakan pengambil keputusan.

Badan Litbang Kesehatan sangat berkepentingan dalam pengembangan digital library sebagai salah satu wadah untuk menyebarkan hasil penelitian di bidang kedokteran/ kesehatan seluas-luasnya. Setelah pada tahun 1996 berhasil membuat situs web www.litbang.depkes.go.id dan kemudian menyempurnakan sarana pendukungnya, kegiatan selanjutnya diarahkan kepada pengembangan digital library. Pengembangan diarahkan sedemikian rupa, supaya peneliti di bidang kedokteran/ kesehatan baik dari dalam maupun dari luar institusi mendapat kesempatan terlibat langsung dalam pemeliharaan muatan digital library.
Serangkaian pertemuan dan pendekatan dengan pengambil keputusan dan penyandang dana baik nasional maupun internasional dilakukan untuk mewujudkan keinginan ini. Hasilnya diantaranya adalah penyelenggaraan workshop skala nasional ‘Peningkatan peran peneliti dalam pengembangan situs web Badan Litbang Kesehatan’ – Jakarta, 18/12/2000. Kegiatan simultan lain yang lebih bersifat teknis adalah pertemuan dengan unit/ institusi yang berpengalaman dalam mengembangkan digital library; diantaranya adalah dengan UPT Perpustakaan IPB dan ITB.
Pada peluncuran IDLN awal pada bulan Juni 2001, Badan Litbang Kesehatan tercatat sebagai anggota dengan alamat : digilib.litbang.depkes.go.id. Bersamaan dengan situs ini, Badan Litbang Kesehatan mempunyai isisonline.litbang.depkes.go.id yang merupakan katalog online. Disamping proses inisialisasi ini, dipersiapkan serangkaian sosialisasi untuk memanfaatkan fasilitas ini baik didalam maupun diluar lingkungan institusi. Pada akhir bulan Juni 2001 diselenggarakan pertemuan nasional sebagai tindak lanjut workshop akhir tahun 2000.

Pendapat Saya:
Menurut saya dengan adanya litbangkes memberikan banyak referensi buat pengguna jaringan internet termasuk seorang penderita suatu penyakit yang ingin mencari solusi untuk sakitnya, karena kesehatan merupakan hal yang utama dan terutama di dalam kehidupan. Selain itu litbangkes juga memberikan layanan konsultasi gratis itu akan menambah sebuah kepedulian Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Indonesia terhadap masalah kesehatan masyarakat, dengan adanya situs tentang kesehatan litbangkes kemudahan dalam memberikan informasi seluas-luasnya. Bukan hanya itu informsai tentang penemuan obat baru pada suatu penyakit juga akan dengan cepat kita dapatkan karena informasi yang disalurkan secara online yang dapat diakses diseluruh dunia disetiap saat dan waktu. Selain itu kerjasama antar badan penelitian dengan kesehatan akan terjalin dengan lancar. Digital library juga menunjang seorang pakar ramuan tradisional untuk menulis sebuah artikrl tentang obat tradisional dengan syarat pihak pengelola menyaring dan meneliti kebenaran dari obat tradisional yang dikirim, ini memberikan peluang seluas-luasnya bagi pembaca dan penulis untuk memberikan sedikit pengalamanya dibidang obat tradisional dalam rangka membagun masyarakat yang sehat dan sejahtera. Banyaknya informasi yang ada dari berbagai sumber informasi baik tercetak, non cetak, maupun digital membuat “kebingungan” tersendiri bagi pengguna untuk mendapatkan informasi “terbaik” dan sesuai dengan kebutuhannya. Banyaknya informasi seringkali menjadikan pengguna dihadapkan pada informasi yang tidak sesuai, kandungan informasinya kurang tepat, tidak relevan sampai informasi “aspal”, asli tapi palsu yang tidak dapat dipercaya. Untuk itu perlu sebuah tindakan dari LITBANGKES untuk mengantisipasi apa yang biasa disebut sebagai “banjir informasi”. Pengemasan informasi yang menghasilkan produk terseleksi adalah salah satu jawabannya.

2. TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIDANG PERPUSTAKAAN
Berikut adalah beberapa contoh bentuk kemasan informasi yang ada sampai saat ini dan relevan digunakan bagi pengguna perpustakaan dan mampu memberikan banyak kontribusi dalam rangka penggunaan perpustakaan dan cara mendapatkan buku yang diminati :
• Publikasi Cetak : Pengemasan informasi biasanya dapat juga diwujudkan dalam bentuk publikasi cetak seperti Brosur, Newsletter, Prosiding, Indeks Majalah, Indeks Artikel, Kumpulan Artikel Terpilih, Bibliografi, dan bentuk publikasi terseleksi lainnya. Kemasan dalam bentuk publikasi cetak ini akan sangat membantu pengguna dalam menemukan informasi tercetak yang terpilih sesuai dengan bidang kajian dan kebutuhannya. Sehingga pengguna tidak perlu “membuang” waktu untuk menelusur satu demi satu kebutuhan informasinya dalam “belantara” informasi di perpustakaan.
• Media Audio-Visual : Informasi juga dapat dikemas dalam bentuk Audio-Visual seperti dalam bentuk Audio-Video Cassette, CD- Interaktif, VCD, DVD, dan bentuk lainnya. Kemasan informasi ini merupakan kemasan yang menarik karena akan mengajak pengguna menggunakan informasi dalam bentuk gambar dan suara.
• Pangkalan Data Lokal : Kemasan informasi juga dapat diwujudkan dalam pangkalan data (database) lokal. Sekitar 2 tahun yang lalu, konsep pangkalan data lokal ini banyak digunakan di Indonesia, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi ilmiah bagi para pengguna melalui semacam server lokal, baik yang berupa file maupun CD-ROM. Contohnya adalah CD Database ERIC, CD Database Medline, CD-Database Agricola, dan sebagainya.
• Pangkalan Data Online : Saat ini di Indonesia pangkalan data Online sedang mengalami perkembangan yang cukup baik, baik dengan “membeli” kemasan yang sudah jadi, mengambil dari sumber-sumber gratis maupun membangun sendiri. Kemasan informasi dalam bentuk ini telah memberikan kesempatan akses informasi secara lebih luas tidak terbatas dalam perpustakaan. Hal ini berkat kemajuan teknologi internet yang mau tidak mau harus diikuti oleh perpustakaan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pada penggunanya. Contoh beberapa kemasan informasi siap pakai dalam bentuk pangkalan data online yang diproduksi antara lain EBSCOHost, ProQuest, ScienceDirect, IEEE Database, JSTOR dan lain sebagainya.
Pendapat saya :
1. Kebutuhan Pemakai Informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang begitu cepat, maka kebutuhan pemakai informasi juga semakin meningkat, yakni kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat dan mudah. Perpustakaan sebagai institusi yang bertanggungjawab kepada transfer informasi ini juga harus dapat melihat fenomena pergeseran orientasi kebutuhan pengguna akan informasi ini, untuk itu perlu dilakukan inovasi berbasis kebutuhan pemakai informasi ini. Pengemasan informasi adalah salah satu bentuk yang dapat dipakai oleh perpustakaan sebagai bentuk inovasi menjawab kebutuhan pemakai informasi ini.
2. Kebutuhan Peningkatan Layanan Perpustakaan. Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi sudah semestinya dapat meningkatkan pelayanan dari waktu ke waktu, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan penggunanya. Perpustakaan yang tidak “mau” meningkatkan dan menyesuaikan layanannya dengan perkembangan global di dunia tentunya akan ditinggalkan oleh penggunanya. Peningkatan layanan perpustakaan ini harus didukung berbagai aspek termasuk kemasan dari informasi yang ingin ditampilkan dan disajikan kepada penggunanya. Untuk itu pengemasan informasi menjadi penting agar pengguna dapat merasakan sebuah peningkatan yang signifikan dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini.
3. Orientasi Ekonomis. Informasi yang tak terbentung dan terus bertambah akan menyebabkan perpustakaan menjadi “gudang” informasi yang apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan pengeluaran biaya yang tidak sedikit. Penggunapun akan semakin sulit menemukan informasi yang tepat dan uptodate. Untuk itu perlu diambil langkah penghematan (biaya, ruang dan tenaga) diantaranya dapat dilakukan melalui pengemasan informasi. Secara ekonomis, hasil kemas informasi merupakan produk yang sangat mungkin untuk dijual kepada khalayak umum dengan segmentasi tertentu, sehingga membuka peluang usaha bagi perpustakaan. Selain itu pengguna akan menghemat banyak waktu, tenaga dan biaya untuk sekedar mendapatkan informasi yang sesuai, mudah, cepat dan tepat.
3. TEKNOLOGI INFORMASI BIDANG PERTANIAN
Sektor pertanian masih merupakan sektor andalan di Indonesia terlebih setelah Krisis Moneter bekerpanjangan melanda negeri ini. Sektor ini mampu bertahan dalam krisis dan kembali menjadi andalan mata pencaharian penduduk Indonesia terbukti dengan fakta bahwa sektor ini menyerap 48% dari jumlah tenaga kerja, suatu kenaikan sebesar 15,2 % sejak Oktober 1998. Namun dalam kondisi seperti itu ternyata sebagai produsen, pihak petani masih saja selalu dirugikan. Jika kita ikuti siklus tanam seorang petani, dari mulai pertimbangan pra tanam sampai pasca panen, maka hampir di setiap tahap ada saja hambatan yang mencekik para petani.
Dalam sektor pertanian, informasi memegang peran yang cukup penting. Informasi dapat menjadi solusi dari sekian permasalahan yang diungkapkan di atas. Informasi ibarat darah yang mengalirkan bahan makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh agar dapat bekerja dengan baik. Penyumbatan pembuluh darah di salah satu lokasi jaringan bisa menyebabkan penyakit serius yang bisa mengakibatkan kematian. Pertanian dengan metode tradisional perlu didukung sistem informasi yang baik agar seluruh organ yang berperan dalam aliran komoditas pertanian bisa bekerja dengan baik. Petani benar-benar membutuhkan aliran informasi yang dapat mendukung mereka agar tidak tertipu dan dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang diterima.
Pada dasarnya informasi ada pada sektor pertanian dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1. Informasi Teknis Adalah informasi yang menyangkut secara teknis bagaimana cara bercocok tanam, dari mulai analisis kondisi lahan, metode penyemaian, perawatan tanaman dalam masa tanam, pemupukan, perlindungan dari penyakit (insektisida, herbisida, dll), panen sampai pasca produksi.
2. Informasi Bisnis Adalah informasi yang menyangkut aspek ekonomi dari sektor pertanian, dari mulai permodalan, demand dan supply bibit, bahan, alat-alat, termasuk aspek pasar dan konsumen.
Informasi tersebut diproduksi oleh elemen-elemennya dan sebenarnya dapat digunakan oleh elemen-elemen lain dalam suatu jaringan informasi .
Melihat begitu banyaknya aspek informasi pada sektor pertanian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia memerlukan sebuah jaringan informasi yang mendukung sektor pertanian. Jaringan informasi ini akan memberikan solusi yang sebenarnya dapat cukup signifikan dampaknya untuk permasalahan petani seperti diuraikan di atas. Jaringan informasi ini harus terpadu dan akurat serta melibatkan aktor-aktor pada sektor pertanian, yaitu :
- Pemerintah sebagai penentu kebijakan
- para ahli sebagai peneliti dan pembagi ilmu
- penyuluh / spot worker sebagai pembina petani
- third party penyedia & produsen alat-alat dan bahan-bahan pertanian
- kelompok / koperasi / pengambil kebijakan sebagai sarana ekonomi petani, penyalur kebutuhan petani, maupun penentu kebijakan (jika sawah dimiliki perorangan)
- pemodal bisa perorangan, pihak luar maupun petani sendiri
- pengusaha / makelar pedagang komoditas
- distributor / pasar penghubung dengan komoditas
- petani itu sendiri
Jaringan Informasi ini harus dapat memenuhi berbagai aspek mulai dari pra-tanan sampainya komoditas ke konsumen sebagai berikut :
Tahap Uraian Poin-poin informasi

Pra tanam Pada tahap ini petani membutuhkan sumber-sumber informasi untuk pengambilan keputusan mengenai apa yang akan dia kerjakan. Di sini selain informasi bidang pertanian yang mencakup kualitas lahan, kecocokan komoditas dll, informasi geografis dan terutama faktor ekonomi juga sangat menentukan. Petani selalu dihadapkan pada pilihan, namun mereka kadang tidak sadar bahwa mereka bisa memilih. Dari sekian poin informasi tersebut, akhirnya Peneliti mengambil kesimpulan dan memberikan saran secara teknis, dan broker informasi / pemodal memberikan masukan dari sisi ekonomi. - Informasi Lahan, kualitas, geografis, dll
- Iklim&Cuaca
- Modal
- Bahan-bahan (bibit)
- Peralatan (pembajak, dll)
- Pilihan komoditas
Masa tanam Pada tahap ini petani membutuhkan pengetahuan cukup mengenai aturan-aturan pemeliharaan tanaman, baik pemupukan, penanganan hama, pengairan, dsb. Selain itu informasi mengenai ketersedian dan alternatif bahan-bahan juga diperlukan - Keadaan fisik tanaman
- Iklim&Cuaca
- Gejala Hama
- Ketersediaan bahan-bahan
Panen Pada waktu panen petani membutuhkan informasi mengenai kualitas hasil panen, apakah komoditas sudah benar-benar siap panen, bagaimana cara memanennya (dengan sentuhan teknologi), dsb. Faktor ekonomi juga sangat menentukan di sini, yang harus menjawab siapakah yang akan membeli, dlsb - Keadaan fisik tanaman
- Kualitas hasil panen
- Alat-alat panen
Pasca Panen Di sini pertanyaan mengenai apa yang akan dilakukan dengan hasil panen harus terjawab. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dengan konsekuensinya, yaitu : dijual langsung, disimpan di gudang, atau diolah dahulu (baik oleh industri rumah ataupun pabrik). Di sini peran dan keterlibatan ahli dan pengetahuan broker informasi sangat penting, khususnya mengenai jangka waktu kadaluwarsa komoditas, teknologi penyimpanan, maupun “valuable garbage” di mana sesuatu yang dianggap sampah oleh petani ternyata bernilai tinggi di pasaran tertentu. - Transportasi
- Harga pasar
- Gudang
- Pabrik
- Valuable "garbage"
Bisnis Tahap bisnis berkaitan erat dengan pelaku bisnis bagian atas, terdiri dari para pedagang, distributor dan makelar. Pada tahap ini hanya urusan pasar yang terlibat dan berkepentingan terhadap informasi, apalagi jika berkaitan dengan bursa komoditi. - Harga lokal, antar kota, dll
- Dollar, harga ekspor
- Ketersediaan barang
- Jangka waktu kadaluarsa
- Supplier bahan baku

Namun sampai saat ini belum ada jaringan informasi pertanian yang benar-benar bersifat menyeluruh seperti yang terurai di atas. Jaringan informasi yang dimilik pemerintah hanya terfokus pada informasi bisnis, yang terkoordinasi di bawah Direktorat Jendral Industri Primer Dan Pemasaran Hasil Pertania (http://www.fintrac.com/indoag/ba/orgditjen.htm), itu pun ada di bawah Direktorat Pemasaran Dan Distribusi Hasil Pertanian, di bawah Subdirektorat Promosi dan Jaringan Informasi. Sedangkan fintrac.com sendiri, adalah semacam broker di bidang agriculture yang jangkauannya seluruh dunia. Fintrac.com memiliki sekumpulan informasi mengenai pertanian di Indonesia, (dalam bahasa Indonesia) hasil kerja sama dengan Direktorat Pemasaran dan Distribusi Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Industri Primer dan Pemasaran Hasil Pertanian, (Departemen Pertanian Republik Indonesia), yang dapat dilihat pada alamat : http://www.fintrac.com/indoag .
Sedangkan untuk informasi teknis sudah ada beberapa organisasi yang melayani ilmu pertanian, baik dari kalangan universitas seperti Fateta (Fakultas Teknologi Pertanian) IPB (http://www.fateta.ipb.ac.id/), dan dari pemerintah melalui Departemen Pertanian (www.deptan.go.id) dan LIPI (www.pdii.lipi.go.id), maupun situs-situs independen di internet seperti http://www.situshijau.f2s.com/ , http://www.elsppat.or.id/, dan lain-lain.
Sebagai perbandingan, di Amerika dikenal Agriculture Network Information Centre, AgNIC (www.agnic.org), merupakan sebuah aliansi dari National Agricultural Library, Universitas yang berkaitan dengan pertanian, dan juga organisasi Agrikultur lainnya di Amerika, bahkan di dunia. Salah satu tujuan dari AgNIC adalah bahwa anggotanya bertanggungjawab untuk sebuah segmen vertikal dari informasi agrikultur, termasuk pengetahuan dasar, terapan, riset pengembangan, peluasan, dan aktifitas pengajaran dalam bidang makanan, agrikultural, sumber daya alam yang dapat diperbaharui, kehutanan, serta ilmu-ilmu fisik dan sosial, serta mengembangkan situs-situs web dan referensi dalam area subyek tersebut. Proyek yang tengah dijalankan oleh AgNIC sampai saat ini di antaranya :
- AGRICOLA (Database Bibliografis lebih dari 3 juta record yang disusun oleh NAL dan partnernya)
- Data Base Kejadian dan Distribusi Pestisida di Chesapeake Bay [CB Pest]
- Direktori Informasi Internet yang berkaitan dengan Agrikultur [DirAgIR]
- Direktori Para Ahli bidang Agrikultur [AgExp]
- Pengumuman Penyakit Tanaman (ProMED-mail) [PDA]
Selain itu ada juga program yang didanai pemerintah dalam bidang Riset dan Pendidikan Pertanian yaitu Sustainable Agriculture Research and Education (SARE ) Program [http://www.sare.org]. Pada program ini dibentuk sebuah jaringan yang diberi nama Sustainable Agriculture Network (SAN) yang merupakan usaha kooperatif dari universitas, pemerintah, petani, termasuk dunia bisnis dan organisasi non provit yang berdedikasi untuk saling bertukar informasi ilmu pengetahuan maupun informasi praktis mengenai sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable). SAN ini mendoring pertukaran informasi berupa bahan informasi baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. SAN didanai oleh program SARE.
Ada satu contoh menarik tentang sistem informasi pertanian yang langsung terasa manfaatnya bagi petani, yaitu BJ-FarmKnow (http://www.farmknow.com). BJ-FarmKnow adalah sebuah jaringan informasi menggunakan Internet bagi petani di Beijing Cina khusus untuk komoditas sayur-sayuran. Sistem ini berguna untuk mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan informasi produksi sayur-sayuran dari petani terkait, dan dapat dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan dan pasar.

Selain itu, di Cina juga terdapat BJ-AgriInfo, yaitu sistem informasi pertanian khusus untuk produksi gandum dan jagung. Sistem ini dibangun sebelum adanya BJ-FarmKnow. Pada tahun 1999 BJ-AgriInfo mengelola 2600 hektare area dengan 100 komputer di wilayah-wilayah yang terhubung ke server melalui internet. Areal pertaniannya sendiri terletak jauh dari kota. Sistem informasi pertanian di Cina ini telah terbukti membantu pengambilan keputusan, dan meningkatkan produksi dan penjualan gandum dan jagung.
Di Indonesia, kebutuhan untuk membentuk suatu Jaringan Informasi Agrikultur yang mengaitkan berbagai sumber informasi pertanian sangat tinggi. Jaringan Penelitian Pertanian Nasional (JPPN) yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia dapat berperan penting sebagai jantung yang memompakan darah/informasi ke seluruh organ dunia pertanian di Indonesia seperti petani, penyuluh, pemerintah, peneliti, bisnis, dan masyarakat luas.

Pendapat saya :
Dengan membangun sistem informasi yang tertutup, yang khusus mendukung suatu komunitas petani tertentu, diharapkan tingkat keberhasilan dan kemamfaatan sistem informasi yang dibangun menjadi lebih tinggi. Hal ini perlu dilakukan mengingat situs informasi agrikultur di Internet saat ini kebanyakan bersifat terbuka dan tidak menyentuh ke petani secara langsung. Selain itu daerah yang terisolir dan harga operasional internet yang tinggi juga mengakibatkan pembangunan sentra internet di desa tersebut juga terhambat. Disini perlu kerjasama dari semua pihak untuk meningkatkan hasil pertanian yang bermutu di indonesia. Selain dari badan pengembangan pertanian juga dibutuhkan teknisi bidang komputer dan jaringan untuk menyuluh petani dalam penggunaan komputer dan internet.
Dengan dibangunnya sentra internet di desa-desa pertanian diharapkan menambah informasi bagi petani untuk bertani secara benar dan berkualitas, hal ini juga dapat mendorong terbentuknya petani-petani handal. Petani bisa mendapatkan informasi tentang bibit unggul, pupuk, alat pertanian hingga tempat penjualan hasil panen secara online.

4. TEKNOLOGI DIBIDANG PENDIDIKAN
Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), seperti diceritakan dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB), meskipun cerita yang seru justru muncul di bidang bisnis. Mungkin perlu diperbanyak cerita tentang manfaat Internet bagi bidang pendidikan.
Adanya Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?.) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS ), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet ) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa “Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest growth industry”. (Lihat artikel majalah Forbes 15 Mei 2000.) Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
• Akses ke perpustakaan;
• Akses ke pakar;
• Menyediakan fasilitas kerjasama.
Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di bidang pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sedang giat kami lakukan adalah program “Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah sekolah (khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini. (Informasi mengenai program Sekolah 2000 ini dapat diperoleh dari situs Sekolah 2000 di http://www.sekolah2000.or.id) Inisiatif seperti ini perlu mendapat dukungan dari kita semua. Ingat, ini masa depan anak cucu kita semua.

Pendapat Saya :
Jika memang IT dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin Termasuk dibidang pendidikan. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal. Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah. Penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Penggunaan Internet devices lain seperti Internet TV diharapkan dapat menolong. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet.
Isi atau content yang berbahasa Indonesia masih langka. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius. Perlu kita upayakan kegiatan-kegiatan atau inisiatif untuk memperkaya materi yang ditujukan kepada masyarakat Indonesia. Proses ini harus dilakukan secara sadar dan proaktif untuk menunjang pendidikan di Indonesia.

5. TEKNOLOGI INFORMASI DI BIDANG BISNIS
Berita atau informasi manfaat IT dan Internet di bidang bisnis nampaknya sudah sedemikian banyak sehingga jika dituliskan akan menjadi sebuah buku. Perlu diingat bahwa IT dapat dijadikan produk atau dapat digunakan sebagai alat (tools). Jadi sebuah perusahaan dapat menghasilkan produk IT atau dapat menggunakan IT untuk menghasilkan produk atau layanannya. Untuk yang terakhir ini, IT dijadikan sebagai tools, bukan sebagai end product.
Adanya Internet mendobrak batasan ruang dan waktu. Sebuah perusahaan di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pasar Amerika dibandingkan dengan perusahaan di Eropa, atau bahkan dengan perusahaan di Amerika. Dahulu hal ini mungkin akan sulit dilakukan karena perusahaan lokal akan memiliki akses yang lebih mudah kepada pasar lokalnya. Perlu diingat, hal yang sebaliknya (perusahaan luar mengakses pasar Indonesia) dapat juga dilakukan dengan mudah. Jika hal ini tidak mendapat perhatian, maka pasar dalam negeri kita akan dijarah oleh perusahaan asing.
IT dan Internet dipercaya menjadi salah satu penopang ekonomi Amerika Serikat. Demikian percayanya mereka kepada hal ini sehingga pemerintah Amerika sangat bersungguh-sungguh untuk menjaga dominasi mereka dalam hal ini. Berbagai inisiatif dilaksanakan oleh pemerintah Amerika Serikat seperti dapat dilihat pada dokumen-dokumen yang dapat diperoleh di Web site mereka:
• “Digital Economy 2000” (diperoleh dari http://www.ecommerce.gov)
Ekonomi yang berbasis kepada IT dan Internet ini bahkan memiliki nama sendiri: New Digital Networked Economy. Dalam ekonomi baru ini banyak kaidah ekonomi lama (old economy) yang dijungkirbalikkan. Pasar modal seperti NASDAQ yang didominasi oleh saham perusahaan yang berbasis teknologi ramai diburu dan dimonitor oleh pelaku bisnis. Saham-saham perusahaan teknologi, terutama yang berbasis IT dan Internet, dicari-cari oleh orang meskipun perusahaan tersebut masih dalam keadaan merugi. Ini berbeda dengan kaidah old economy. Apakah ini sehat atau tidak, banyak sudah kajian tentang hal ini. Ada yang mengatakannya sebagai bubble economy [Lihat refrensi “Internet Bubble”]. Point yang ingin disampaikan adalah ini ekonomi baru yang mesti kita simak dan kaji dengan seksama.
Di dalam industri software telah terjadi sebuah perubahan filosofi. Source code program yang semula dijaga kerahasiaannya sekarang dibuka dan dapat dibaca oleh siapa saja. Bagaimana perusahaan bisa menjual produk softwarenya? Perubahan filosofi ini dituangkan dalam sebuah model yang disebut model “Bazaar” dengan implementasi yang disebut “open source”. Contoh keberhasilan pendekatan ini adalah adanya operating system Linux yang gratis dan perusahaan Redhat yang mengkomersialkan produk Linux tersebut. (Diskusi lengkap mengenai filosofi ini dapat dilihat pada buku Eric Raymond, pada bagian “bahan bacaan”.)
Hilangnya batasan ruang dan waktu dengan adanya Internet membuka peluang baru untuk melakukan pekerjaan dari jarak jauh. Istilah teleworker atau teleworking mulai muncul. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dari rumah tanpa perlu pusing dengan masalah lalulintas. Kesemua hal di atas menunjukkan adanya peluang-peluang baru di dalam bisnis dengan adanya IT dan Internet.
Di Indonesia ada berbagai inisiatif untuk menumbuhkan bisnis dan industri IT & Internet seperti program Nusantara 21, program Telematikan Indonesia, dan program Bandung High-Tech Valley (BHTV) . Kesemuanya ini diharapkan dapat memacu Indonesia sehingga tidak tertinggal di dalam dunia IT dan Internet.

Pendapat Saya :
Internet merupakan sarana utama dalam perdagangan di dunia mengapa tidak, kita ambil contoh sebuah perusahaan produksi Indonesia akan membuat suatu produk tentunya ia harus mengetahui pasar mana yang akan di tempuh, dengan internetlah perusahaan tersebut dapat mengetahui kebutuhan pasar luar negeri, dan tidak kalah pentingnya adalah menanamkan kepercayaan kepada konsumen karena kita berdagang menggunakan media maya. Hal tersebut akan menunjang perekonomian indonesia untuk mempromosikan hasil kerajinan asli indonesia dengan membuat situs jual beli secara online dengan memamerkan catalog barang kerajinan yang ingin di jual, konsumen dari luar negeri tidak harus datang ke negara Indonesia cukup dengan mengakses internet dirumah dan melihat harga, maka produsen yang memiliki situs bersangkutan akan mengirimkan barang sampai ketujuan, sementara pembayaran dapat dilakukan secara online dengan memanfaatkan anjungan tunai mandiri(ATM).

6. DI BIDANG PEMERINTAHAN
Implikasi IT dan Internet kepada bidang Pemerintahan agar kurang banyak dibahas, meskipun istilah e-government sering muncul dalam tulisan dan pemberitaan. IT dan Internet memaksa pemerintah untuk menjalankan pemerintahan dengan transparan. Pejabat-pejabat harus dapat dihubungi melalaui e-mail. Birokrasi untuk melakukan pelaporan dapat dikikis dengan menggunakan Internet.
Aplikasi IT yang berhubungan dengan pemerintahaan adalah aplikasi yang dapat mendekatkan pejabat dengan rakyatnya. Town house meeting dapat dilaksanakan melalui teleconferencing. Demonstrasi dari mahasiswa dan rakyat dapat dikurangi atau bahkan dihindari bila mereka dapat melakukan dialog (baik secara tatap mata maupun secara elektronik) dengan para pejabat. Mengapa tidak menggunakan teleconferencing dimana rakyat langsung dapat menghadap dan berdialog dengan pejabat, meskipun letak fisik diantara keduanya cukup jauh?
Di Indonesia, IT sebetulnya sudah lama digunakan di bidang pemerintahaan. Penggunaan Internet juga sudah dimulai dengan adanya aplikasi “RI-NET” sebagai salah satu aplikasi pemacu program Telematika Indonesia. Aplikasi RI-NET ini memberikan akses email kepada para pejabat, memberikan layanan web (homepage) yang dapat diakses di http://www.ri.go.id, memberikan layanan pertukaran informasi multimedia, dan di kemudian hari akan memiliki aplikasi Decission Support System.
Salah satu contoh aplikasi lain adalah penggunaan web untuk menampilkan hasil pemilu yang baru lalu. Pengguna Internet di mana saja dapat melihat hasil pemilu secara on-line dan real-time di http://www.kpu.go.id dan http://www.hasilpemilu99.or.id. Hal ini memberikan keterbukaan (transparansi) pada proses pemilu. Hasilnya dapat kita lihat bahwa tidak banyak orang yang mengeluhkan masalah hasil pemilu yang baru lalu.

Pendapat Saya:
Dengan adanya teknologi informasi di bidang pemerintahan, transparansi pemerintah akan dengan mudah dilakukan, termasuk program program pemerintah kedepan akan kita ketahui, bila kita ingin memaparkan keluhan kita terhadap pemerintahan kita dapat menulisnya melalui media internet ini, namun perlu di ingat walaupun media ini sangat mudah namun dalam mengkritik kinerja pemerintah kita harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya aspek bahasa, media yang akan kita gunakan untuk menulis, popularitas suatu situs penyedia.
Saya ketika indonesia masuk dalam 10 besar penggunaan internet, saya dapat informasi ini juga dari media teknologi informasi namun buka internet, saya menonton disebuah media elektronik terkemuka dalam program e-life style. Kinerja pemerintah dapat dimonitor dengan menggunakan internet karena disana banyak terdapat informasi-informasi tentang pemerintahan dan program kerja pemerintah. Semoga indonesia semakin maju di bidang teknologi informasi BRAVO INDONESIA maju terus pantang mundur dalam hal kebaikan tentunya.

[+/-] Selengkapnya...

16 Maret 2009

Hardware Jaringan

Media transmisi nirkabel
Jaringan nirkabel (Inggris: wireless network) adalah bidang yang berkaitan dengan komunikasi antar sistem komputer dan beberapa macam peralatan telekomunikasi tanpa menggunakan kabel. Jaringan nirkabel ini sering dikenal sebagai jaringan telekomunikasi, dan banyak dipakai untuk jaringan komputer baik pada jarak yang dekat (beberapa meter, memakai alat/pemancar bluetooth) maupun pada jarak jauh (lewat satelit). Bidang ini erat hubungannya dengan bidang telekomunikasi, teknologi informasi, dan teknik komputer. Jenis jaringan yang paling populer dalam kategori jaringan nirkabel ini meliputi:

Jaringan kawasan lokal nirkabel (wireless LAN/WLAN), Wi-Fi, layanan komunikasi pribadi (personal communications service atau PCS), global system for mobile communications (GSM), D-AMPS, sistem navigasi global (GPS atau global positioning systems), dll.
Jaringan nirkabel biasanya menghubungkan satu sistem komputer dengan sistem telekomunikasi yang lain dengan menggunakan beberapa macam media transmisi tanpa kabel, seperti: gelombang elektromagnetik, gelombang radio, gelombang mikro, gelombang satelit, maupun gelombang inframerah.
Teknologi jaringan nirkabel sebenarnya terbentang luas mulai dari komunikasi suara sampai dengan jaringan data, yang mana membolehkan pengguna untuk membangun koneksi nirkabel pada suatu jarak tertentu. Ini termasuk teknologi infrared, frekuensi radio dan lain sebagainya. Peranti yang umumnya digunakan untuk jaringan nirkabel termasuk di dalamnya adalah komputer, komputer genggam, PDA, telepon seluler, tablet PC dan lain sebagainya. Teknologi nirkabel ini memiliki kegunaan yang sangat banyak. Contohnya, pengguna bergerak bisa menggunakan telepon seluler mereka untuk mengakses e-mail. Sementara itu para pelancong dengan laptopnya bisa terhubung ke internet ketika mereka sedang di bandara, kafe, kereta api dan tempat publik lainnya. Di rumah, pengguna dapat terhubung ke desktop mereka (melalui bluetooth) untuk melakukan sinkronisasi dengan PDA-nya.
Ada 4 jenis media nirkabel diantaranya :
● Transmisi inframerah : mengirim sinyal data dengan gelombang sinar inframerah pada frekwensi sangat rendah (1 sampai 4 megabit per detik) sehingga bisa diterima dan diinterpretasikan oleh mata manusia. Contoh pada laptop, PDA, kamera digital, printer, dan mouse nirkabel, serta remote control untuk TV
● Siaran radio : mengirim data jarak jauh hingga 2 megabit per detik –bisa melintasi kota, provinsi, atau negara
● Radio microwave : mentransmisikan suara dan data dengan kecepatan 45 megabit per detik pada gelombang radio berfrekwensi sangat tinggi yang bergetar minimal 1 gigahertz.
● Satelit komunikasi : adalah stasiun relay microwave yang mengorbit di sekitar bumi.
Transmisi sinyal dari stasiun di permukaan bumi ke satelit
dinamakan uplinking; arah sebaliknya dinamakan downlinking.
Media nirkabel juga terbagi lagi menjadi 2: Nirkabel jarak dekat dan nirkabel jarak jauh.

NIRKABEL JARAK JAUH
Nirkabel jarak jauh biasa disebut juga dengan komunikasi dua arah, berikut contohnya :
● 1G (Generasi Pertama): Ponsel Analog
● 2G (Generasi Kedua): Ponsel Digital & PDA
● 2,5G
● GPRS (General Packet Radio Service)
● Nirkabel 3G (Generasi Ketiga)
● HIGH SPEED DOWNLINK PACKET ACCESS(HSPDA) disebut juga dengan teknologi 3,5G
● WiMax: sejauh 6 hingga 10 mil (maksimum 20 sampai 30 mil)

NIRKABEL JARAK DEKAT
● Untuk Local Area Network (LAN): Wi-Fi b, a, g, dan n (biasa digunakan di kantor, kampus) .
● Untuk Personal Area Network (PAN): Bluetooth, infra merah Wideband, dan USB Nirkabel .

Tipe dari Jaringan Nirkabel
Sama halnya seperti jaringan yang berbasis kabel, maka jaringan nirkabel dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe yang berbeda berdasarkan pada jarak dimana data dapat ditransmisikan.
Hacker & Cracker
● Hacker : (1) orang-orang yang menyukai dunia computer dan senang mempelajari bahasa pemrograman, tetapi juga (2) bisa mengakses komputer atau jaringan secara ilegal, meskipun tidak membahayakan.
● Macam-macam hacker:
– Thrill-seeker hacker : hacker yang mengakses komputer secara ilegal dengan alasan "sebagai tantangan".tidak merusak atau mencuri apapun; mereka sudah cukup puas karena bisa memasuki sistem.
• White-hat hacker : profesional komputer yang memasuki sistem komputer atau jaringan sepengetahuan si pemilik sistem untuk menemukan celah-celah keamanan lalu memperbaikinya.
Cracker
● Cracker = hacker perusak, yaitu orang-orang yang memasuki sistem komputer untuk tujuan merusak –memperoleh informasi untuk mendapatkan keuntungan finansial, mematikan hardware, membajak software, mencuri informasi kredit orang lain, dan mengubah atau merusak data.

Ö Media transmisi kabel
Secara umum, kabel transmisi yang digunakan dalam jaringan terdiri atas 3 macam, yakni kabel berpasangan Twisted-Pair Wire cable, Kabel koaksial, dan Kabel serat optik
Twisted-Pair Wire (kabel ulir)
pada Twisted-Pair Wire (kabel ulir) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdiri dari 2 utas kawat tembaga yang dipilin mengelilingi satu sama lain.
2. Relatif lambat, dgn kecepatan 1 - 128 megabit per detik.
3. Tetapi, kabel yang dipilin tidak terlindung dari interferensi.
4. Populer (harga lebih murah).
● Kabel koaksial ("co-ax")
1. Berupa 1 utas kawat tembaga di bagian tengah yang terbungkus dalam pelindung logam
2. penutup plastik eksternal.
3. Ada pelindung ekstra sehingga kabel koaksial lebih tahan terhadap noise daripada kabel ulir.
4. Mampu mentransmisikan data hingga 200 megabit per detik.

Kabel data yang menggunakan material tembaga dimana terdapat 2 bagian yaitu :
- Kabel inti ditengah
- Kabel serabut disisi samping dengan dipisahkan oleh suatu isolator

Kabel ini menggunakan konektor Bayonet Nut Connector (BNC)
● Kabel serat optik
Pada kabel serat optik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdiri dari lusinan/ratusan serat kaca atau plastik tipis yang mampu mentransmisikan getaran cahaya, bukan sinyal listrik.
2. bisa mentransmisikan hingga 2 milyar getaran per detik (2gigabit

Ö Periferal jeringan

Ethernet card(kartu jaringan)
Untuk menghubungkan komputer dengan sistem peralatan jaringan. Peralatan ini sering disebut antar muka jaringan (network enterface) atau adapter jaringan (network adapter)

Hub Ethernet
Untuk menghubungkan beberapa segmen Ethernet menjadi satu segmen. Hub hanya berfungsi sebagai penghubung antar komputer atau segmen jaringan. Setiap komputer yang terhubung ke sebuah hub melakukan transmisi data secara bergantian, tidak bisa bersamaan.

Access point
Semacam hub untuk jaringan nirkabel. Sinyal dari access point ini dapat di akses oleh anggota jaringan berupa komputer yang di lengkapi oleh Wifi card.

Switch
Mengalokasikan jalur lalu lintas data khusus dari setiap segmen jaringan ke jalur khusus (jaringan tujuan). Jadi, tidak seperti hub, switch dapat melayani transportasi data dari dan ke beberapa segmen jaringan dalam waktu yang bersamaan.

Repeater
Menghasilkan ulang sinyal yang diterima sebelum dikirim ke alamat tujuan dalam jaringan. Repeater dapat tergabung dalam sebuah hub. Hub yang dilengkapi repeater disebut hub aktif atau switch.

Router
Peralatan jaringan khusus yang dapat menentukan atau memilih jaringan tujuan untuk meneruskan paket data. Router hanya dapat bekerja berdasarkan sebuah protokol jaringan.

Bridge
Peralatan jaringan yang menghubungkan beberapa segmen jaringan sepanjang jalur data.

Catatan: router(gateway) dan bridge digunakan untuk menggabungkan beberapa jaringan

[+/-] Selengkapnya...

11 Maret 2009

Wireless Local Area Network (WLAN)

Dengan semakin bertambahnya pemakaian komputer, semakin besar kebutuhan akan pentransferan data dari satu terminal ke terminal lain yang dipisahkan oleh satuan jarak dan semakin tinggi kebutuhan akan efisiensi penggunaan alat-alat kantor (seperti printer dan plotter) dan waktu perolehan data base, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan suatu jaringan yang menghubungkan terminal-terminal yang ingin berkomunikasi dengan efisien. Jaringan tersebut dikenal dengan Local Area Network (LAN) yang biasa memakai kabel atau fiber optik sebagai media transmisinya. Sesuai perkembangan karakteristik masyarakat seperti yang telah disebutkan di atas maka LAN menawarkan suatu alternatif untuk komputer portabel yaitu wireless LAN (WLAN). WLAN menggunakan frekuensi radio (RF) atau infrared (IR) sebagai media transmisi.
Sejarah dan Standar WLAN
Pada akhir 1970-an IBM mengeluarkan hasil percobaan mereka dalam merancang WLAN dengan teknologi IR, perusahaan lain seperti Hewlett-Packard (HP) menguji WLAN dengan RF. Kedua perusahaan tersebut hanya mencapai data rate 100 Kbps. Karena tidak memenuhi standar IEEE 802 untuk LAN yaitu 1 Mbps maka produknya tidak dipasarkan. Baru pada tahun 1985, Federal Communication Commission (FCC) menetapkan pita Industrial, Scientific and Medical (ISM band) yaitu 902-928 MHz, 2400-2483.5 MHz dan 5725-5850 MHz yang bersifat tidak terlisensi, sehingga pengembangan WLAN secara komersial memasuki tahapan serius. Barulah pada tahun 1990 WLAN dapat dipasarkan dengan produk yang menggunakan teknik spread spectrum (SS) pada pita ISM, frekuensi terlisensi 18-19 GHz dan teknologi IR dengan data rate >1 Mbps.
Pasar yang menjadi targetnya adalah pabrik, kantor-kantor yang mengalami kesulitan dalam pengkabelan (seperti kantor dengan interior marmer dll), perkulakan, laboraturium, tempat-tempat yang bersifat sementara (seperti ruang kuliah, rapat, konfrensi dll) dan kampus. Perkiraan sementara yang dihasilkan menunjukkan bahwa kira-kira 5-15 % pasar LAN akan dikuasi oleh WLAN.
Dengan adanya berbagai merek perangkat keras dan lunak, maka diperlukan suatu standar, di mana perangkat-perangkat yang berbeda merek dapat difungsikan pada perangkat merek lain. Standar-standar WLAN adalah IEEE 802.11, WINForum dan HIPERLAN.
Wireless Information Network Forum (WINForum) dilahirkan oleh Apple Computer dan bertujuan untuk mencapai pita Personal Communication Service (PCS) yang tidak terlisensi untuk aplikasi data dan suara dan mengembangkan spectrum etiquette (spektrum yang menawarkan peraturan-peraturan yang sangat minim dan akses yang adil). High Performance Radio Local Area Network (HIPERLAN) dilahirkan oleh European Telekommunications Standards Institute (ETSI) yang memfokuskan diri pada pita 5.12-5.30 GHz dan 17.1-17.3 GHz. IEEE 802.11 dilahirkan oleh Institute Electrical and Electronics Engineer (IEEE) dan berfokus pada pita ISM dan memanfaatkan teknik spread spectrum (SS) yaitu Direct Sequence (DS) dan Frequency Hopping (FH), standar ini adalah yang paling banyak dipakai [2].
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada WLAN adalah :
1. Data rate tinggi (>1 Mbps), daya rendah dan harga murah.
2. Metode akses yaitu metode membagi kanal kepada banyak pemakai dengan aturan-aturan tertentu.
3. Media transmisi yang merupakan faktor penting pada keterbatasan data rate dan memiliki teknik tersendiri, di mana bila teknik yang berhubungan dengan media transmisi (seperti teknik propagasi dalam ruangan, teknik modulasi dll) dapat diperhitungkan dengan baik maka akan dihasilkan sistem WLAN yang tangguh.
4. Topologi yaitu cara dan pola yang digunakan dalam menghubungkan semua terminal.
Lapisan Fisik dan Topologi
WLAN menggunakan standar protokol Open System Interconnection (OSI) [8]. OSI memiliki tujuh lapisan di mana lapisan pertama adalah lapisan fisik. Lapisan pertama ini mengatur segala hal yang berhubungan dengan media transmisi termasuk di dalamnya spesifikasi besarnya frekuensi, redaman, besarnya tegangan dan daya, interface, media penghubung antar-terminal dll. Media transmisi data yang digunakan oleh WLAN adalah IR atau RF.
• Infrared (IR)
Infrared banyak digunakan pada komunikasi jarak dekat, contoh paling umum pemakaian IR adalah remote control (untuk televisi). Gelombang IR mudah dibuat, harganya murah, lebih bersifat directional, tidak dapat menembus tembok atau benda gelap, memiliki fluktuasi daya tinggi dan dapat diinterferensi oleh cahaya matahari. Pengirim dan penerima IR menggunakan Light Emitting Diode (LED) dan Photo Sensitive Diode (PSD). WLAN menggunakan IR sebagai media transmisi karena IR dapat menawarkan data rate tinggi (100-an Mbps), konsumsi dayanya kecil dan harganya murah. WLAN dengan IR memiliki tiga macam teknik, yaitu Directed Beam IR (DBIR), Diffused IR (DFIR) dan Quasi Diffused IR (QDIR).
1.DFIR
Teknik ini memanfaatkan komunikasi melalui pantulan. Keunggulannya adalah tidak memerlukan Line Of Sight (LOS) antara pengirim dan penerima dan menciptakan portabelitas terminal. Kelemahannya adalah membutuhkan daya yang tinggi, data rate dibatasi oleh multipath, berbahaya untuk mata telanjang dan resiko interferensi pada keadaan simultan adalah tinggi.
2.DBIR
Teknik ini menggunakan prinsip LOS, sehingga arah radiasinya harus diatur. Keunggulannya adalah konsumsi daya rendah, data rate tinggi dan tidak ada multipath. Kelemahannya adalah terminalnya harus fixed dan komunikasinya harus LOS.
3.QDIR
Setiap terminal berkomunikasi dengan pemantul, sehingga pola radiasi harus terarah. QDIR terletak antara DFIR dan DBIR (konsumsi daya lebih kecil dari DFIR dan jangkaunnya lebih jauh dari DBIR).
• Radio Frequency (RF)
Penggunaan RF tidak asing lagi bagi kita, contoh penggunaannya adalah pada stasiun radio, stasiun TV, telepon cordless dll. RF selalu dihadapi oleh masalah spektrum yang terbatas, sehingga harus dipertimbangkan cara memanfaatkan spektrum secara efisien. WLAN menggunakan RF sebagai media transmisi karena jangkauannya jauh, dapat menembus tembok, mendukung teknik handoff, mendukung mobilitas yang tinggi, meng-cover daerah jauh lebih baik dari IR dan dapat digunakan di luar ruangan. WLAN, di sini, menggunakan pita ISM (Tabel 1) dan memanfaatkan teknik spread spectrum (DS atau FH).
• DS adalah teknik yang memodulasi sinyal informasi secara langsung dengan kode-kode tertentu (deretan kode Pseudonoise/PN dengan satuan chip).
• FH adalah teknik yang memodulasi sinyal informasi dengan frekuensi yang loncat-loncat (tidak konstan). Frekuensi yang berubah-ubah ini dipilih oleh kode-kode tertentu (PN) [7].
Tabel 1. Pita ISM.

Frekuensi
Spesifikasi 915 MHz 2.4 GHz 5.8 GHz
Frekuensi 902-928 MHz 2400-2483.5 MHz 5725-5850 MHz
Bandwidth 25 MHz 83.5 MHz 125 MHz
Jangkauan transmisi Paling jauh 5% < 915 MHz 205 < 915 MHz
Pemakaian Sangat ramai Sepi Sangat Sepi
Delay Besar Sedang Kecil
Sumber Interferensi Banyak Sedang Sedikit

WLAN dengan RF memiki beberapa topologi sebagai berikut :

•Tersentralisasi
Nama lainnya adalah star network atau hub based. Topologi ini terdiri dari server (c) dan beberapa terminal pengguna (Gambar 4.a), di mana komunikasi antara terminal harus melalui server terlebih dahulu. Keunggulannya adalah daerah cakupan luas, transmisi relatif efisien dan desain terminal pengguna cukup sederhana karena kerumitan ada pada server. Kelemahannya adalah delay-nya besar dan jika server rusak maka jaringan tidak dapat bekerja.
•Terdistribusi
Dapat disebut peer to peer, di mana semua terminal dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa memerlukan pengontrol (servers). Di sini, server diperlukan untuk mengoneksi WLAN ke LAN lain. Topologi ini dapat mendukung operasi mobile dan merupakan solusi ideal untuk jaringan ad hoc. Keunggulannya jika salah satu terminal rusak maka jaringan tetap berfungsi, delay-nya kecil dan kompleksitas perencanaan cukup minim. Kelemahannya adalah tidak memiliki unit pengontrol jaringan (kontrol daya, akses dan timing).
•Jaringanaselular
Jaringan ini cocok untuk melayani daerah dengan cakupan luas dan operasi mobile. Jaringan ini memanfaatkan konsep microcell, teknik frequency reuse dan teknik handover. Keunggulannya adalah dapat menggabungkan keunggulan dan menghapus kelemahan dari ke dua topologi di atas. Kelemahannya adalah memiliki kompleksitas perencanaan yang tinggi.

[+/-] Selengkapnya...

Kumpul-Kumpul

Blog Indonesia

blog-indonesia.com
 

My Friends

© 2009 Fresh Template | Edited By RIYANTO. Powered by Blogger.com.

Fresh Template by NdyTeeN