Tampilkan postingan dengan label Artikel Bebas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Bebas. Tampilkan semua postingan

20 Juli 2010

MENGAMBIL KEPUTUSAN TERBAIK

Hidup dipenuhi dengan pilihan-pilihan yang mengharuskan seseorang untuk memilih. Terkadang kita memilih (memutuskan) sendiri dan terkadang kita dipilihkan/menuruti pilihan orang lain. Memilih menu hari ini, memilih teman, memilih pekerjaan, memilih pasangan hidup, dsb. Hal yang sangat penting sehubungan dengan pengambilan keputusan adalah penerimaan konsekuensi. Jika kita memilih A maka konsekuensinya “ini” dan jika kita memilih B maka konsekuensinya “itu”. Tak seorang pun yang akan selalu “jitu” dalam menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap, namun ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memperkecil kesalahan dalam menentukan pilihan ini:
1. Tetapkan apakah hal itu termasuk keinginan/kebutuhan, mendesak/penting, bisa ditunda/tidak.
2. Apakah ada alternatif yang lebih baik?
3. Tinjaulah tujuan hidup Anda, sesuai/tidak? Lalu putuskan berdasarkan skala prioritas.
4. Seberapa penting hal ini bagi Anda? Bagaimana akibatnya jika Anda melakukannya? Bagaimana akibatnya jika Anda tidak melakukannya? Bagaimana cara Anda mengatasi/mengurangi akibat buruk tersebut? Apa langkah perbaikan yang bisa diambil/apa saja langkah selanjutnya sehubungan dengan konsekuensi keputusan di atas?
5. Berilah batasan yang jelas dalam menilai suatu situasi
6. Lengkapilah diri dengan persiapan data sebanyak mungkin
7. Turutilah suara hati Anda
8. Kalau mungkin, ambilllah keputusan secara bertahap
Bila Anda ingin membeli sesuatu cobalah untuk meminjam dulu pada orang lain, untuk mengetahui apakah Anda benar-benar membutuhkan barang tersebut/apakah merk barang tersebut benar-benar bagus kualitasnya (sesuai keinginan Anda)
9. Tentukanlah batas terakhir saat mengambil keputusan dan taatilah
Adalah jauh lebih baik mengambil keputusan (walaupun pada akhirnya terbukti salah), daripada tidak mengambil keputusan sama sekali. Dari kesalahan-kesalahan tersebut kita bisa mengambil pelajaran untuk menuju kepada langkah-langkah baru (dan keputusan-keputusan baru yang lebih baik). Prediksi apa resiko terburuk jika keputusan kita salah. Jika kita sanggup untuk menghadapi resiko terburuk tersebut maka lakukanlah. Terjunlah secara penuh untuk lebih meningkatkan prosentase keberhasilan dari setiap keputusan yang kita ambil. Ingat, jangan setengah-setengah karena hidup kita adalah taruhannya!

[+/-] Selengkapnya...

12 Agustus 2009

Salah Satu LIfe Skill

Menghadapi Kehidupan Yang penuh dengan tantangan dan permasalahan, seorang mesti memiliki kecakapan hidup atau lebih populer dengan Istilah 'life Skill'. Kecakapan Hidup yang dimiliki bukan sekedar kecakapan dasar, seperti berkomunikasi, membaca, berhitung dan menulis, serta terampil mengoperasikan alat kerja dan teknologi tertentu. Lebih dari pada itu 'Life Skill' yang penting adalah keterampilan memecahkan masalah dn membuat keputusan.

melalui kemampuan memcahkan masalah dan membuat keputusan, maka seseorang dapat mengarahkan dan mengatur kehidupanya sendiri, dan tidak terlalu bergantung atau menjadi beban bagi orang lain. kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan merupakan dasar untuk mengarahkan diri sendiri dalam menghadapi kompleksitas kehidupan. David L. Watson and Ronald G. Tharp Menyatakan Bahwa 'Selfdirection as a skill.

keterampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan termasuk kategori keterampilan berfikir tingkat tinggi. sementara keterampilan membaca, menulis, dan Berbicara merupakan keterampilan dasar. Tanpa keterampilan Berpikir tingkat Tinggi, maka Keterampilan dasar yang dimiliki seseorang tidak memberi manfaat yang besar. (Di sadur Dari Buku Peta Masa Depanku)

[+/-] Selengkapnya...

06 Juni 2009

Sabar Itu Indah

Kualitas kesabaran kita diuji sepanjang jalan kita meraih tujuan, untuk menjadikan diri kita orang yang tenang dan penuh kasih sayang. Semakin kita sabar, semakin dapat menerima hidup ini apa adanya bukan semakin memaksakan hidup ini persis seperti yang kita kehendaki. Tanpa kesabaran, hidup pastilah akan membuat kita sangat frustasi. Kita akan mudah jengkel, terganggu, dan merasa disakiti. Kesabaran menambahkan suatu dimensi ketenteraman dan rasa menerima pada hidup kita. Dimensi yang sangat penting bagi ketenangan batin. "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali Imran: 200).
Menjadi lebih sabar mengharuskan kita membuka hati kita pada saat sekarang, bahkan bila kita tidak menyukainya. Bila kita terjebak di tengah kemacetan total, terlambat datang ke sebuah pertemuan, membayangkan saat-saat itu akan berarti memerangkap diri kita, membentuk bola salju mental sebelum pikiran kita keluar dan mengingatkan kita untuk santai. Ini juga mungkin waktu yang baik untuk meraih nafas dan juga kesempatan untuk mengingatkan dirimu bahwa, pada skema yang lebih besar, terlambat adalah "masalah kecil". "Siapa saja yang melatih dirinya untuk bersabar, niscaya Allah akan memberikan kepadanya kekuatan sehingga mampu bersabar." (Al Hadits). Kesabaran juga mengharuskan kita melihat ketidakbersalahan pada diri orang lain. Seringkali ketika aku sedang menulis, ibu memanggilku untuk melakukan ini itu, yang bagi seorang penulis bisa sangat membuyarkan konsentrasi. Yang aku ingat setelah itu, adalah jasa- jasanya yang begitu banyak, yang telah diberikannya kepadaku, bukan memikirkan implikasi yang bisa terjadi pada pekerjaanku karena gangguannya itu ("Aku tak bisa menyelesaikan pekerjaanku, aku kehilangan ilham, hari ini aku tak punya waktu lagi untuk menulis,dan seterusnya").
Aku ingatkan diriku mengapa ibu menyuruhku melakukan ini itu – karena aku anaknya, dia masih percaya kepadaku, bukan berencana merusak pekerjaanku. Bila aku ingat untuk melihat ketidakbersalahan, aku akan segera memunculkan suatu perasaan sabar, dan perhatianku balik kembali ke masa sekarang. Rasa terganggu yang mungkin terbentuk menjadi lenyap dan aku diingatkan sekali lagi, bahwa betapa beruntungnya aku memiliki ibu yang telah melahirkanku.
Aku menemukan bahwa bila kita melihat lebih jauh, kita dapat hampir selalu melihat ketidakbersalahan di dalam diri orang lain, dan juga di dalam setiap situasi yang baik membuat frustasi. Bila kita melakukannya, kita akan menjadi orang yang lebih sabar dan tenang dan, dengan cara yang aneh, kita mulai menikmati saat-saat yang biasanya akan membuat kita frustasi.

Di sadur dari kafe muslimah
ditulis Oleh: Chandra Kurniawan

[+/-] Selengkapnya...

Jadi Pribadi Yang Penuh Daya Tarik

Kadang kita menemukan seseorang yang kita kenal, yang begitu menyenangkan, hingga membuat kita merasa nyaman dan merindukan kehadiran orang itu. Bisa dibilang orang semacam ini memiliki daya tarik bagi orang lain. Daya tarik merupakan kualitas istimewa yang ada pada sesorang dan membuat keterpesonaan pada orang lain. Seperti misalnya bunga, alat untuk menarik lebah. Namun kabar gembiranya, kita semua dapat menjadi orang yang selalu dirindukan seperti itu. Daya tarik dapat ditumbuhkan. Anda dapat menciptakan getaran positif yang dapat melingkupi Anda. Sebuah aura positif yang dapat ditimbulkan dari perhatian, kasih sayang dan rasa hormat. Anda dapat mengikuti beberapa tips menumbuhkan daya tarik dibawah ini.

Berikan Kebaikan Tanpa Pernah Menghitungnya
Tuhan itu maha pemurah. Ada pepatah mengatakan lebih baik memberi dari pada meminta. Birikan kesediaan yang tulus untuk berbagi dengan orang lain. Dalam kehidupan sosial, orang cenderung memberi dan beramal semata-mata demi memuaskan ego. Namun sebenarnya, memberi dengan ikhlas dapat menumbuhkan perasaan positif. Belajarlah memberi tanpa mengharapkan imbalan, perasaan yang datang dari hati akan menumbuhkan kepuasan dan kesenangan.

Hidup Dalam Kerendahan Hati
Kerendahan hati merupakan perwujudan dari kebanggaan hati, tapi pengganti dari membanggakan diri sendiri pada yang lainnya. Amal, toleransi dan kerendahan hati memiliki nilai yang tinggi. Kerendahan hati dan kedamaian saling bertautan. Percayalah pada diri sendiri, dan singkirkan keinginan untuk selalu membuktikan pada orang lain. Sementara orang berusaha untuk rendah hati, mereka harus menghentikan sikap egois, itu sebuah proses yang mutlak dan membangun.

Kemurnian
Keyakinan menarik hati. Keyakinan dan kesabaran merupakan kondisi awal dari sebuah ketertarikan atau daya tarik. Serta ketulusan untuk membantu dan mendengarkan kesedihan orang lain.

Penuh Minat
Apa yang kita katakan pada diri sendiri, tentang kehidupan dan diri kita sendiri dari hari ke hari, merupakan efek yang luar biasa. Sepanjang waktu, lihat dan pikirkan diri Anda sebagai pribadi yang menarik. Pertahankan pandangan itu sejelas mungkin dalam pikiran Anda. Lalu, dengan sendirinya, Anda akan menarik segala yang penting untuk menyempurnakan pandangan itu. Jadilah orang yang ceria dan penuh harapan, dan buat dunia terpikat pada Anda.

Wajah Ceria
Tertawa itu menyehatkan. Buat wajah Anda selalu ceria. Saat Anda tersenyum, otak akan bereaksi dan memproduksi endorphin (zat alami yang memindahkan rasa sakit). Selain itu, sebuah senyuman akan membuat Anda rileks. Sebuah senyum juga akan menebarkan kegembiraan pada orang lain. Tekankan dalam pikiran Anda, selagi Anda bersama orang lain, bahwa senyuman dapat memperpendek jarak antar orang lain.

Antusias Dan Hasrat
Dua hal ini merupakan ibu yang melahirkan sukses. Antusias dan hasrat dapat mendatangkan uang, kekuatan dan pengaruh. Hal besar tak akan dapat dicapai tanpa antusias. Yakinlah pada apa yang Anda kerjakan. Kerjakan tiap pekerjaan Anda dengan penuh cinta. Masukan antusias dalam pribadi Anda. Dan si antusias ini akan menciptakan hal luar biasa buat Anda.

Tata Krama
Tingkah laku, kesopanan dan kebaikan membuat orang lain percaya pada Anda. Tata karma yang bagus membuat orang lain merasa nyaman bercakap-cakap dengan Anda. Tata karma merupakan sumber kesenangan, memberikan rasa aman dengan menunjukan penghormatan pada oran lain. Bersikap penuh tata karma bukan hanya berlaku pada sebagian orang, tapi pada setiap orang yang Anda kenal, tak peduli status dan kedudukan mereka.

[+/-] Selengkapnya...

5 Langkah Membuka Pintu Kreatifitas

Seringkali kita menyebut seseorang yang pandai menulis atau berhasil membuahkan hasil karya seni lukis, sebagai seorang yang kreatif. Namun sebenarnya, yang disebut kreatifitas sejati, lebih baik dari apa yang dapat kita definisikan. Pada dasarnya, kreatifitas tak hanya dapat dilihat dari inovasi yang diciptakan oleh seorang penemu yang giat menciptakan hal-hal baru. Bahkan, kemampun mengatur waktu bagi seorang ibu yang memiliki tiga anak, juga dapat disebut kreatifitas. Jadi, sebenarnya kita semua dapat jadi seorang yang kreatif asalkan tidak menutup pintu kreatifitas kita sendiri. Berikut kami sampaikan lima langkah agar kita dapat membuahkan kreatifitas.
Langkah Pertama – Buat pilihan untuk jadi kreatif. Pertama, Anda harus menghapus pandangan tentang kretaif yang telah tertanam dalam kepala Anda, sebab, kalau masih memikirkan kreatif dalam artian sempit, akan sulit bagi Anda untuk membuka pintu kretifitas. Bangun tekad dalam pilihan Anda ini dan petakan definisi kreatif dari diri Anda sendiri, sertai pula dengan semua kriterianya guna mempermudah pencapaian. Ekspresikan kreatifitas Anda dalam salah satu saluran tradisional (seni, musik , puisi dsb), atau lebih bagus lagi jika Anda menemukan cara baru Anda sendiri.
Langkah Kedua – Perluas cakrawala Anda. Kreatifitas biasanya tak datang dari wilayah yang telah Anda kenal. Menumbuhkan imajinasi kadangakala mengharuskan kita untuk memperluas cakrawala, namun seringkali untuk memulainya, kita tak pernah mengambil resiko keluar dari zona aman kita sendiri. Anda mungkin bisa memulai dengan mengunjungi tempat-tempat yang berbeda, misalnya mengunjungi kota yang berbeda, atau bahkan toko atau tempat makan yang berbeda dari biasanya. Pelajari sesuatu yang baru. Kalau perlu ikutlah kursus dan bangun ketrampilan dalam bidang yang berbeda. Dan itu semua akan merangsang daya imajinasi Anda untuk berkreasi.
Langkah Ketiga – Buatlah langkah berani. Salah satu bagian dalam mengeksplorasi kreatifitas adalah mengambil sebuah kesempatan dan berani bertindak. Sisi tambahannya, ada banyak aturan di sini, jadi semua usaha tak akan sia-sia dan membawa keutungan.
Langkah Keempat – Harapkan sedikit kegagalan....dan jadikan dorongan untuk maju. Salah satu alasan utama menutup pintu kreatifitas adalah adanya ketakutan akan kegagalan. Sekali jatuh, atau bahkan mungkin beberapa kali, tak membuat Anda lebih nyaman dalam meghindari kegagalan. Jika ini benar, tak satupun dari kita yang melakukan usaha belajar berjalan. Banyak dari inovasi mengagumkan di dunia ini bermula dari 'kegagalan.' Bahkan Thomas Edison harus melakukan usaha 50.000 kali hingga ia berhasil menemukan baterei alkalin yang masih kita gunakan hingga kini.
Langkah Kelima – Kenali pencapaian Anda. Seringkali, kita semua melakukan kreatifitas atau membuat sesuatu yang baru, dan saat seseorang memberi pujian, kita lebih senang mengelaknya. Jangan memandang rendah setiap hasil yang Anda capai, bahkan meskipun itu hanya sedikit peningkatan. Jika Anda terus mengelak hasil usaha yang Anda capai, itu dapat menutup pintu kretifitas Anda. Jika Anda membuat sebuah kemajuan, yakinkan Anda menghargaiitu, bahkan kalau perlu rayakan bersama teman atau keluarga.

[+/-] Selengkapnya...

24 Mei 2009

Budaya Malu Sebagai Obat Bangsa

Di sebuah jalan sunyi yang menghubungkan ibu kota sebuah propinsi dengan kabupaten penunjangnya kerap dilakukan operasi lalu-lintas. Beredar prasangka bahwa operasi ini tidak dinaungi aspek legal yang mencukupi. Hingga suatu hari muncul sebuah kehebohan. Di tembok rendah pembatas jalan serta di sebuah baliho iklan real estate yang berukuran cukup besar, terlihat grafiti bertuliskan, "Bawa pulang uang haram tidak malu, tanya kenapa?" Tulisan ini rupanya "bertuah". Sejak itu tidak ada lagi operasi lalu-lintas yang digelar di sana.
Fenomena ini sungguh menarik untuk diperdebatkan. Apakah budaya malu masih mendapat tempat dalam proses penyembuhan bangsa yang tengah sakit? Sebagai gambaran, saat ini bangsa Indonesia tengah terjebak dalam pusaran arus involutif. Di mana ciri-ciri kemunduran akhlak telah menggejala dan merasuki hampir semua proses kehidupan. Perilaku dan budaya instan tidak hanya terjadi di lembaga-lembaga formal saja melainkan sudah menjalar ke dalam institusi rumahtangga dan keluarga.
Sebagai makhluk sosial, Allah SWT telah mengaruniakan kemampuan kepada manusia untuk membangun komunikasi serta interaksi. Dalam kedua proses tersebut terjalin suatu mekanisme pendistribusian tanggung jawab. Ada hal-hal yang secara aklamasi disepakati menjadi bagian tanggung jawab bersama (social obligation). Dalam konteks agama biasa disebut fardhu kifayah. Social obligation ini adalah keniscayaan yang dikaruniakan Allah dalam rangka fastabiqul khairaat, atau berlomba untuk menyebarkan kebajikan bersama. Dan, rasa malu merupakan salah satu parameter untuk mengukur seberapa besar kontribusi seseorang dalam menjalankan kewajiban sosialnya.
Peran seseorang dalam masyarakat dapat ditentukan melalui tingkat asertifitas, atentifitas dan empatifitasnya. Budaya malu yang bersifat inter dan transpersonal ini akan menempatkan seseorang untuk berkontemplasi dan melakukan introspeksi diri, apakah dirinya sudah cukup berkontribusi? Apakah dirinya sudah cukup kooperatif dan tidak menjadi ganjalan dalam perputaran roda kehidupan umat? Apakah dirinya sudah berada dalam posisi yang tidak mempermalukan dirinya sendiri melalui pengaburan dan pembonsaian potensi?
Efektifitas budaya malu dan penanaman benih rasa malu sebagai bagian dari iman kiranya tepat dijadikan sebagai salah penangkal budaya korupsi, baik yang bersifat sistemik-struktural-kultural, maupun yang bersifat legal-formal.
Adakah korupsi yang legal dan formal? Ada, yaitu korupsi yang secara syariat benar tetapi diinisiasi oleh niat yang keliru (tidak lurus). Misalnya, sekelompok eksekutif berkolaborasi dengan sekelompok legislator untuk menghasilkan regulasi yang bersifat menguntungkan secara sementara. Keuntungan yang diperoleh sudah ditaksir dan diperhitungkan akan mendatangkan keuntungan bagi daerah dan kelompoknya di waktu mereka masih berkuasa serta beberapa waktu sesudahnya. Hanya itu saja. Niat ini jelas sedari awal sudah mengelimininasi kemungkinan terciptanya multiplier effect yang akan bergulir secara perlahan tapi pasti. Bahkan dapat menjamin kesejahteraan banyak orang secara berkesinambungan (continuity and sustainable).
Upaya konstruktif untuk menghilangkan kesempatan munculnya multiplier effect yang menguntungkan ini tentu akan dihisab sebagai proses yang tergolong ke dalam penyakit hati (serakah, rakus, atau tamak). Banyak kebijakan yang bisa menjadi contoh kasus. Pengenaan biaya yang tinggi dan proses birokrasi perizinan yang rumit misalnya. Lalu pengenaan pungutan dan pajak daerah yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan daerah tanpa disertai adanya regulasi tata ruang, peruntukan wilayah dan penyediaan infrastruktur penunjang lainnya.
Bila terakumulasi, kondisi ini akan melahirkan iklim bisnis tidak kondusif. Banyak perusahaan akan buka-tutup, dan tidak langgeng dalam menjalankan poses bisnisnya karena overhead cost yang tinggi. Dampak lanjutannya adalah tidak terserapnya tenaga kerja lokal dan juga tidak bergulirnya efek dan dampak mutual benefit dari sebuah lingkungan usaha (business environment). Pendapatan asli daerah memang akan berkontraksi sesaat, di mana pendapatan dari sektor pungutan, bea, dan pajak akan meningkat, tapi setelah itu akan terjadi deselerasi atau perlambatan dalam proses investasi.
Bila kita masih memiliki budaya malu, maka kebijakan dan pengkondisian instan seperti ini akan segera kita hindari. Mengapa? Sebab kita malu karena tidak mensyukuri nikmat Allah berupa akal budi. Kita pun akan malu bila dikenal sebagai generasi perompak oleh anak cucu. Generasi yang menguras harta negara yang seharusnya dimiliki bersama serta dioptimalkan pemanfaatannya secara berkesinambungan. Dalam kondisi kita memiliki rasa asertif, atentif dan empatif, maaliyah ijtima'iyah (harta karun sosial) ini akan menjadi kunci pembuka gerbang makhroja, gerbang yang mengawali sebuah jalan keluar dari berbagai macam kebuntuan dalam hidup. Wallaahu a'lam.
( tauhid nur azhar )

[+/-] Selengkapnya...

13 April 2009

Lisan yang Bermutu

Oleh K.H. Abdullah Gymnastiar
Seseorang suatu ketika mengeluh 'Saya sudah sering sekali mendengarkan ceramah, menyimak mubaligh yang menyampaikan kebenaran, dan mengkaji sendiri buku-buku tentang ajaran Islam. Akan tetapi, mengapa ketika saya menyampaikanya kepada orang lain, rasa-rasanya kata-kata ini selalu saja tidak cocok dengan yang ada di dalam kalbu? Dan yang Iebih menyedihkan lagi, mengapa kata-kata yang keluar dari lisan ini tampaknya seperti masuk ke telinga kanan keluar lagi dari telinga kiri? Sama sekali tidak menimbulkan kesan dan tidak pula berbekas di dalam pikiran maupun hati orang yang mendengarkannya. "Seandainya saja keluhan tersebut adalah yang juga kita pertanyakan selama ini, maka bisa jadi kata-kata berhikmah dari lman !bnu Atho'illah berikut ini sebagai jawabannya. “Cahaya (nuur) para ahli hikmah (ahli ma'rifat) itu," tulisnya dalam kitab Al-Hikam,“selalu mendahului perkataan mereka. Karenanya, manakala telah mendapat penerangan dari cahaya tersebut maka sampailah kalimat yang mereka ucapkan itu."Kalimat Ibnu Atho'illah di atas kurang lebih dapat diartikan, bahwa orang-orang yang telah mengenal Allah dengan baik selalu sadar bahwa kebenaran itu milik Allah. Akibatnya, kalau mau mengucapkan sesuatu, selalu hatinya terlebih dahulu berlindung kepada Allah dari tipu daya syetan dan memohon kepada-Nya agar lidahnya dapat menjadi jalan kebenaran. Hal seperti inilah yang mungkin jarang dilakukan oleh kebanyakan orang Biasanya kalau kita ingin menyampaikan sesuatu kepada orang orang lain, kita akan sangat sibuk merekayasa kata-kata yang akan diucapkan. Jarang kita lakukan ketika ingin berbicara, sibuk meminta pertolongan kepada Allah Azza wa JaIla. Padahal, yang mengetahui kebenaran hanyalah Allah. Benar menurut kita belum tentu benar menurut Allah.Oleh karena itu, ketika kita menghadapi persoalan seperti disebutkan di atas, maka ada beberapa hal yang mesti kita pertanyakan kepada diri sendiri.

Pertama, ketika kita akan menyampaikan suatu kebenaran, pernahkah kita memohon pertolongan kepada Allah agar lisan ini dituntun dan dilindungi, sehingga mengandung hikmah? Kalau belum, maka mungkin inilah penyebab mengapa kata-kata yang kita ucapkan, kendati tak lepas dari dalil Al-Ouran dan Hadits, tetapi tidak pernah mengena dan menyentuh kalbu yang mendengarkannya. Kedua, sebagaimana kata Ibnu Atho'illah sendiri, 'Tiap-tiap kalimat yang keluar pasti membawa corak bentuk hati (dari orang) yang mengeluarkannya." Teko hanya mengeluarkan isinya. Bila di dalamnya berisi air kopi, maka yang dikeluarkannya pasti air kopi. Sebaliknya, bila teko tersebut berisi air bening dan jernih, maka pastilah yang dikeluarkannya pun air yang bening dan jernih pula.

Mengapa kata-kata yang kita ucapkan kadang-kadang kurang meresap? Mungkin pertanyaan yang harus segera kita ajukan terhadap hati kita sendiri adalah: ikhlaskah kita menyampaikannya? Kalau hati ini sudah kurang keikhlasannya yang mendengarkan ikhlas, tetapi yang berbicara kurang ikhlas, maka hampir dapat dipastikan kata-kata kita tidak akan memiliki bobot.Di antara faktor penyebab mengapa kafa-kata kita kurang bisa menyentuh kalbu adalah karena kata-kata yang menyentuh kalbu itu bukanlah hasil rekayasa pikiran dan bukan pula buah rekaan lisan, melainkan wujud dari penataan dan kejernihan hati. Semakin hati kita terus menerus diusahakan ikhlas, tulus, dan penuh kasih sayang, maka kata-kata pun niscaya akan semakin memilki kekuatan menembus hati orang yang mendengarkannya.Sibuknya kita mengatur kata-kata, peribahasa, ataupun ungkapan-ungkapan yang indah-indah, tetapi kalau tidak bersumber dari hati yang jernih dan bening, maka hanya manis didengar telinga, namun sekali-kali tidak akan pernah menyentuh kalbu. Jadi, mengapa kata-kata yang keluar dari mulut ini sudah begitu luber dan tumpah ruah berbusa-busa, tetapi orang toh belum bergeming juga? Jawabnya, mungkin karena kita terlalu sibuk mengatur pikiran dan lisan, tetapi tidak sibuk mengatur hati. Padahal, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Belum dinamakan lurus keimanan seseorang itu, sehingga lurus pula hatinya dan belum juga dinamakan lurus hatinya itu, sehingga luruslah lisannya ..." (H.R. Ibnu Abiddunya dan Kharaiti)Oleh sebab itu, tidak usah heran orang orang yang bijak bestari dan mulia kalau berbicara, kata-katanya sedikit namun mempunyai kekuatan yang besar. Kunci kekuatan kata-kata mereka tiada lain adalah hati yang ikhlas. Karena, bila yang berbicara ikhlas dan yang mendengarkannya pun ikhlas, maka tak ubahnya laksana gelombang radio FM, suaranya akan lezat terasa di telinga dan lezat pula terasa di hati.

Syeikh Ahmad Yasin adalah seorang ulama kharismatik dan mujahid besar yang sangat berpengaruh di kalangan kaum Muslimin dan pejuang Palestina. Siapakah Ahmad Yasin?Ternyata beliau secara syariat hanyalah seorang tua yang sekujur tubuhnya lumpuh, kecuali bagian kepala, akibat sebuah kecelakaan yang dialaminya dalam sebuah latihan perkemahan ketika akfif dalam organisasi Ikhwanul Muslimin, yang didirikan oleh Imam Hasan Al-Banna di Mesir.Akan tetapi, siapa pun akan merasa amat tajub dan terkagum-kagum bila mendengar bahwa beliau ternyata adalah tokoh penggerak lntifadah, sebuah gerakan perjuangan jihad melawan tentara Yahudi Israel. Tak hanya para orang tua, tetapi juga para remaja dan anak-anak turun ke jalan-jalan dengan senjata apa saja yang ada di tangan: ketapel, batu-batuan, ban bekas yang dibakar, dan lain sebagainya. Tanpa rasa takut dan bahkan dengan teriakan teriakan "Allaahu Akbar" mereka maju dan berlarian menyerang tentara, Yahudi yang notabene bersenjata lengkap. Syeikh Ahmad Yasin juga adalah ulama pendiri Hamas (Harakah al Muqawanah al-Islamiyah, Gerakan Perlawanan Islam) yang beranggotakan para mujahidin militan Palestina. Gerakan ini merupakan kekuatan utama dan kelompok mujahid paling berpengaruh serta mengakar di daerah Teo Barat dan Jalur Gaza, yang merupakan wilayah pendudukan Israel.Masya Allah! Secara syariat apalah artinya seorang Ahmad Yasin yang tubuhnya lumpuh total. Akan tetapi, kecerdasan otaknya, kekuatan imannya, ketajaman lisannya, dan yang terutama sekali keikhlasan hatinya demi menegakkan daulah Isiamiyah di bumi Palestina, telah mampu menggerakkan dan mengobarkan semangat dan kesadaran berpuluh ribu warga Muslim Palestina untuk berjihad di jalan Allah melawan kaum kuffar Yahudi.

Kuncinya, sekali lagi, ternyata hati yang ikhlas, sehingga lisan ini menjadi sangat bermutu dan mempunyai bobot yang amat mengesankan. Karenanya, ketika seseorang datang kepada ulama ahli hikmah bernama Muhammad bin Wasi, lalu berkeluh kesah, "Mengapa hati orang-orang sekarang sepertinya tidak lagi mampu khusyuk dan air mata pun tak lagi bisa bercucuran manakala sedang berdoa, menyimak taushiyah, ataupun mendengarkan ayat-ayat AI-Quran dibacakan?", Muhammad bin Wasi tanpa ragu menjawab, "Kemungkinan yang dernikian itu bermula dari engkau sendiri sebab bila nasihatmu keluar dari hati yang ikhlas, niscaya akan masuk ke dalam hati orang yang mendengarkannya. Sebalikinya, nasihati yang hanya berupa gubahan lidah dan buah rekaan pikiran belaka, maka ia akan masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.

"Walhasil, siapa pun yang sangat merindukan dapat tersampaikannya kebenaran dari Allah dan dapat tersemainya nilai-nilai luhur ajaran Islam di daria setiap manusia, sehingga Islam benar-benar dapat dirasakan sebagai rahmatan lil 'alamin, maka tidak bisa tidak harus selalu merenungkan setiap kata-kata nasihati yang pernah atau akan terlontar dari lisannya, dengan satu pertanyaan saja, "Apakah hati saya sudah ikhlas menyampaikannya?" Karena, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam!" (H.R. Bukhafi-Muslim)."

[+/-] Selengkapnya...

Hanya Memberi, tak Harap Kembali

Kualitas karakter kita dipengaruhi oleh pertanyaan terus menerus kepada diri. Apakah perilaku kita mendatangkan nilai tambah atau kerusakan?
Ada film bagus berjudul Pay It Forward yang luput dari perhatian media massa. Salah seorang pemerannya adalah Haley Osment, yang berperan sebagai Trevor, seorang anak yang mempunyai ide hebat untuk mengubah dunia. Kami tidak akan bercerita secara panjang lebar, tetapi kami akan mengulas sedikit mengapa film ini bagus untuk dijadikan contoh pendidikan karakter untuk segala usia.
Menerjemahkan " pay it forward ke dalam bahasa Indonesia agak sulit. Dalam teks terjemahan yang ada dalam VCD yang beredar di Indonesia diartikan bayar di muka , dan ini keliru. Mungkin dengan penjelasan berikut ini kita akan lebih mengerti konteksnya. Bayangkan kalau kita menolong seseorang dan kita katakan padanya untuk tidak membalasnya ( pay it back ), tetapi membalasnya kepada orang lain ( pay it forward ). Inilah pesan mendasar dari film ini yang digambarkan dengan alur cerita yang begitu menyentuh hati.

Diceritakan bahwa seorang anak usia 11 tahun, Trevor, mendapatkan tugas dari gurunya untuk membuat sebuah proyek yang dapat mengubah dunia menjadi lebih baik. Trevor mendapatkan sebuah ide hebat, yaitu bagaimana membuat sebuah kebaikan berantai. Ia merencanakan untuk berbuat baik kepada tiga orang. Setiap yang ditolong Trevor, diharapkan dapat membalas kebaikannya kepada tiga orang lain. Demikian seterusnya, setiap orang yang menerima kebaikan diharapkan dapat pay it forward kepada tiga orang lainnya, sehingga penyebaran kebaikan ini bisa meluas.
Apakah ini satu hal yang mustahil? Menurut Trevor, tidak. Alur cerita untuk melakukan kebaikan ini memang tidak digambarkan secara mulus, tetapi penuh dengan rasa kesedihan, kekecewaan, dan juga rasa kemenangan yang menyertai Trevor yang berkomitmen agar proyek pay it forward nya bisa berjalan. Ia rela mengorbankan hidupnya ; sendiri demi keyakinannya akan ide pay it forward Trevor boleh puas, walau ia tidak melihatnya. Sebab, apa yang dilakukannya ternyata telah mempunyai dampak yang sangat berarti, dan mungkin dapat membuat dunia jadi lebih baik.
Selalu berbuat baik tanpa pamrih memerlukan sikap mental yang bertolak belakang dengan kebiasaan manusia zaman sekarang. Mungkin banyak di antara kita tergerak berbuat kebajikan karena alasan-alasan tertentu yang tujuannya untuk kepentingan diri juga. Kita mau memberikan sesuatu, asal kita juga mendapatkan sesuatu sebagai imbalan, entah itu dalam bentuk materi atau non-materi. Apakah ini tidak baik? Belum tentu, dan berikut ini penjelasannya.
Bayangkan ada sebuah garis yang menghubungkan dua titik ide yang akan menentukan arah pembentukan karakter kita: (A) Berikan apa yang dapat diberikan kepada dunia (B) Ambil apa yang dapat diambil dari dunia . Kedua titik yang bertolak belakang ini dapat menjadi pedoman agar kita selalu bertanya kepada diri sendiri, apakah kita akan menjadi pemberi pengambil Ide pay it forwardadalah perilaku untuk selalu berbuat baik yang akan mendatangkan kebaikan berantai yang bermuara pada titik A.
Semakin banyak memberi atau berbuat kebajikan kita akan memberikan nilai tambah (added value kepada dunia. Sekecil apa pun, bahkan memungut paku dari jalan adalah perbuatan yang mendatangkan nilai tambah. Seorang petani yang bekerja keras menanam padi di sawah, adalah seorang pelaku kebajikan karena nilai tambah yang diciptakan banyak sekali. Bahkan, semua perbuatan yang mendatangkan manfaat termasuk amal shalih.
Sebaliknya, kalau kita mengambil banyak dari dunia dan kemudian mendatangkan kerugian bagi lingkungan fisik dan sosial, maka kita telah melakukan kerusakan di muka bumi ( destroyed value). Seorang pengusaha yang diberikan HPH, kalau ia menebang hutan lebih banyak dari yang ia tanam kembali, maka ia adalah pelaku destroyed value. Perbuatan memperkaya diri dengan tidak halal, seperti me-mark-up nilai proyek, menerima suap, menjadi rentenir, pencari rente, atau calo jabatan untuk mencari keuntungan, adalah juga bentuk dari perilaku yang akan mendatangkan kerusakan di muka bumi, termasuk efek multiplier negatifnya. Perbuatan yang mendatangkan kerugian dan kerusakan, adalah perbuatan munkar.
Bagaimana dengan Bill Gates, apakah ia melakukan added value atau destroyed value? Kekayaan Bill Gates mencapai lebih dari 60 milyar dolar, tetapi added value yang diciptakannya pada masyarakat dunia ratusan atau ribuan kali dari jumlah tersebut. Coba bayangkan kalau kita masih memakai teknologi mesin ketik.
Jadi, kalau suatu kaum atau bangsa mengalami penderitaan karena telah terjadi kerusakan dalam berbagai segi kehidupan, maka sudah dapat dipastikan bahwa perbuatan manusia yang memberikan nilai tambah kepada dunia jauh lebih sedikit daripada yang membawa kerusakan.
Secara sederhana, kualitas karakter kita dipengaruhi oleh pertanyaan terus menerus kepada diri. Apakah perilaku kita mendatangkan nilai tambah atau kerusakan? Apakah kita selalu ingin mengambil dari apa yang kita rasa dunia berhutang kepada kita, atau apakah kita selalu ingin "pay it forward", karena kita merasa berhutang banyak kepada dunia?" Kita sendiri yang tahu. ¦ (Dr Ratna Megawangi)
Dari berbagai sumber

[+/-] Selengkapnya...

04 Maret 2009

ATASI MASALAHMU

Dalam hidup pasti ada masalah yang menghalangi perjalanan/perjuangan hidup manusia, sebagai manusia pasti males, pusing atau bahkan strees karena masalah yang di alamani, namun jangan kuatir dibawah ini akan coba dipaparkan ilmu buat ngatasi yang namanya masalah! Mudah-mudahan dari tulisan ini dapat sedikit membantu pembaca, dan jangan lupa untuk terus mencari referensi lain yang lebih mantap dan lebih berbobot. Ni trik-trik buat melumpuhkan sang masalah:

Jangan pusing dulu
Kebanyakan masalah memang bikin pusing. sebab, kalau ngak pusing bukan masalah namanya. Tapi tidak berarti setiap ada masalah kita harus pusing. Sebab kalau belum sempat membahas masalah udah pusing duluan yah jadi gemana bisa cari solusinya. Sipkan jadi jangan pusing dulu.

Bukan masalah besar
Meneyelesaikan masalah bisa sangat rumit bisa juga sebaliknya. Semua tergantung dari bagai mana kamu menyikapi dan menghadapi masalah tersebut. Masalah yang sebenarnya sepele bisa jadi begitu besar kalau kamu menghadapinya dengan panik. Sebaliknya kalau kamu bisa tetap tenang masalah sebesar apapun akan jadi begitu kecil dan ringan.

Sederhanakan
Bak matematika ataupun belajar berhitung lainya perlu adanya penyederhanaan, begitu juga dengan masalah yang besar justru bisa diselesaikan dengan cara-cara yang sederhana. Jadi gak ada salahnya untuk belajar menyederhanakan suatu masalah. Dan jangan mendramatisir suatu masalah, itu sama aja dengan buat masalah makin besar bukan sedrhana. Caranya uraikan masalah dari apa yang menjadi sebab sampai yang menimbulkan akibat, nah kalo udah ketauan penyebabnya tinggal buatin ramuan untuk menumpasnya.

Basmi akarnya
Kalau nafasmu bau busuk, itu jelas masalah besar. Tapi kalau kita tau akar masalahnya, penyelesaianya jadi gampang dan sederhana banget. Gak perlu pergi kedokter dengan menebus obat dan biaya yang mahal, tapi cukup lakukan hal ini : berhentilah bernafas dan bau busuk mulut itu pasti akan lenyap selamanya! Gampang, kan? So, apapun masalahmu, basmi akarnya!

Biarkan saja
Ada masalah yang selesai karena diselesaikan, tapi ada juga maslah yang selesai dengan sendirnya alias tanpa diselesaikan. Kalau masalah yang kamu hadapi termasuk ,masalah yang bisa selesai anpa perlu diselesaikan’ ya gak perlu pusing. Biarkan saja toh akan selesai dengan sendirinya.

[+/-] Selengkapnya...

JALIN KEBERSAMAAN

Sebagai makhluk sosial kita patut bersyukur kepada tuhan bahwa Dalam hidup masih ada yang peduli dengan kita, bagaimana seandainya tidak ada tetangga harus minta bantuan kepada siapa? Jawabnya ialah meminta bantuan kepada sang pencipta alam semesta yaitu Allah SWT, namun dalam kehidupan riil atau dalam kehidupan yang nyata sehari-hari tiada lain kita harus meminta bantuan tentu dengan orang lain dan orang terdekat dengan kita yaitu tetangga atau shabat dekat kita. Dalam kehidupan shari-hari kita sebagia makluk sosial sudah selayaknya hidup berdampingan secara damai, agar dalam menempuh beban hidup yang semakin sulit dapat dilalui dengan ringan, mudah dan tanpa hambatan. Hidup yang harmonis dapat dicapai dengan saling membantu kepada orang-orang yang membutuhkan.
Di zaman yang serba mahal dan serba sulit ini kita dituntut untuk saling membantu, membantu dalam segala hal sesuai dengan kemampuan kita, kita mampu dengan tenaga sumbangkan tenaga, kita mampu denag pikiran sumbangkan pikiran, kita mampu dalam hal harta sumbangkan harta yang kita miliki, semua itu demi tercapainya masyarakat yang tentram, harmonis dan sejahtera. Namun ironisnya yang terjadi saat sekarang ini manusia sudah mulai menysut rasa sayang antar sesama, banyak diantara kita hanya mampu mengumbar celotehan, gosip bahkan fitnah, sehingga yang terkena fitnah merasa tersisihkan dari komunitas itu hal ini tidak ingin kita rasakan bukan! Saya hanya dapat berpesan kepada diri saya sendiri dan kepada kita semua, marilah kita saling bantu-membantu, nasehat-menasehati agar dalam hidup ini lebih terasa hidup. Saya juga menyadari dan sangat sadar akan hal ini, itu sebabnya penulis juga berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki dan tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga, sahabat dan handaitaulan serta teman-teman semua.

Saya turut prihatin juga dengan keadaan perang yang berkelanjutan yang terjadi antara israel dan palestina, di sana kita dapat melihat betapa malangnya rakyat sipil yang biasanya hidup dengan tenang terusik oleh kepentingan-kepentingan politik dan sampai kini saya yakin masih tersimpan luka yang mendalam dalam hati mereka. Namun dengan ketabahan dan doa kita bersama mudah-mudahan mereka bisa hidup layak seperti yang kita rasakan di indonesia walaupun di indonesia terjadi krisis namun tidak sampai kepada traumatik dalam hati. Kepada yang telah meninggal dalam perang itu mudah-mudahan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Semoga yang sedikit ini bermanfaat dan dapat menjadi renungan bagi kita semua......amin.

[+/-] Selengkapnya...

Kumpul-Kumpul

Blog Indonesia

blog-indonesia.com
 

My Friends

© 2009 Fresh Template | Edited By RIYANTO. Powered by Blogger.com.

Fresh Template by NdyTeeN